Penyakit kelamin dan HIV/AIDs juga menjadi momok orang lansia. Suatu saat saya menemani salah satu dokter relawan, dokter Andika di wilayah pengungsian yang memeriksa salah satu lansia. Lansia itu terkena sipilis. Krena dokter Andika masih muda, ia agak sungkan menerangkan kepada si kakek tentang penyakitnya.Â
Alhasil, sayalah yang harus menerangkan pelan pelan terkait penyakit sipilisnya. Dan, menerangkan kepada seorang kakek kakek tentang sipilis ternyata tidak mudah. Ini pengalaman berharga bagi saya bahwa kita tak bisa mengasumsikan seakan orang tua tidak memiliki aktivitas seksual.
Kekurangan gizi. Karena menurunnya sistem kekebalan tubuh, persoalan kekurangan gizi membawa dampak serius pada lansia. Ini menjadi isu bagi lansia dari kalangan tidak mampu, khususnya.Â
Pada penapisan dan layanan kesehatan di desa Beririjarak di Lombok Timur, misalnya ditemui kondisi lansia yang memprihatinkan. Dengan berat badan di bawah 40 kilogram dan tidak dapat menerima asupan makan, Pak Zainuddin yang menderita penyakit asam urat yang akut.Â
Kondisi pengungsian di tenda menyebabkan lansia tersebut makin sulit bergerak. Baginya, mengunjungi Puskesmas yang harus ditempuh dengan perjalanan lebih dari 30 menit dengan mobil omprengan bukanlah sesuatu yang mudah.
Penyakit lain yang sering melanda lansia antara lain soal kemampuan melihat dan visual yang berkurang setelah usia 70 tahun. Dicatat bahwa satu dari 6 lansia memiliki persoalan penglihatan dan pendengaran. Juga isu kesehatan mulut, baik karena menggunakan/tidak menggunakan gigi palsu. Persoalan kesehatan mulut juga disebabkan mulut yang makin kering, persoalan polip geragam dan juga kanker usia lanjut.
Persoalan kecanduan minuman keras maupun obat obatan yang dibeli bebas serta gangguan saluran kencing juga merupakan persoalan yang sering muncul.
Persoalan-persoalan di atas menjadi lebih serius ketika lansia tinggal di tempat terisolir. Dicatat bahwa kondisi lansia yang menjadi pengungsi di wilayah terisolir seperti di dusun Batu Jong, desa Bilok Petung di Kecamatan Sembalun di Lombok Timur sangat mengenaskan. Karena lansia tidak dilibatkan dalam identifikasi kebutuhan pasca bencana, saya temukan terdapat pasangan lansia yang tinggal di bawah tenda yang terbuat dari plastik mulsa pada awal Desember 2018, atau 4 bulan setelah bencana gempa Lombok. Tak terbayang bila hujan tiba.Â
Sementara itu, akses pada layanan kesehatan semakin terbatas dengan jalanan yang turun naik dan tiadanya transportasi umum. Jarak 42 km antara Batu Jong dengan Sembalun sebagai ibukota kecamatan Sembalun di Lombok Timur cukup sulit karena tiadanya transportasi umum dan jalanan berliku dan sempit di wilayah ini. Ini benar benar membuat hati teriris.
Ketika Lansia dengan Berbagai Persoalan Kesehatan itu adalah Anggota Keluarga Kita
Persoalan kesehatan lansia yang saya pahami melalu observasi, studi dan pengalaman empiris yang saya temui di lapang menjadi makin nyata dan menyakitkan ketika ibu saya mengalami persoalan kesehatan di usia lanjutnya.
Merawat lansia lanjut (di atas 80 tahun) tidaklah mudah. Terutama, bila persoalan kesehatan yang dihadapi lansia adalah gabungan dari beberapa penyakit kronik, dementia dan penyakit lain yang kritis dan membutuhkan pembiayaan cukup besar. Operasi tulang bonggol pinggul ibu saya didanai oleh BPJS. Terima kasih kepada negara ketika itu bisa ditanggulangi. Persoalan psikhologis lansia berupa penolakan dan 'denial' bahwa mereka membutuhkan bantuan juga rumit.Â