Perawatan di Rumah Sakit ini bukan hanya terkait operasi tulang bonggol pinggulnya, tetapi juga perlunya transfusi darah karena merosotnya HB hingga 6 sampai 7, sementara idealnya ia harus pada angka 11 atau 12. Juga, ia dirawat karena karena serangan vertigo luar biasa, muntah muntah hebat, berikut tensi dan gula darah yang turun naik layaknya 'jet coaster'.
Satu hal yang cukup membuat kami patah hati luar biasa, ibu saya cepat muncul simtom dementianya. Ia menanyakan tentang apakah adik saya sejak semalam belum pulang, padahal baru 5 menit yang lalu kami duduk bertiga. Ia juga lupa bahwa ia sudah makan dan minum obat, sehingga ia kecewa dan berkeluh bahwa ia tidak dilayani baik dalam hal makan minumnya.Â
Ibu saya juga meminta saya mengatur ulang dan menyesuaikan suhu kamar dan lampu lebih dari 10 kali dalam semalam, karena ketikdnyamanannya. Kemudian, iapun mulai curiga ada yang mengambil uangnya karena ia lupa bahwa uang yang ia pegang telah ia berikan sebagai tip kepada seseorang yang membantu merawatnya di rumah.Â
Ini menyadarkan kepada saya, betapa ibu saya memang sudah berusia lanjut. Dementianya membuat ia seakan bukan lagi ibu yang kami kenal. Ini membuat patah hati luar biasa. Temuan bahwa ibu saya memiliki hiperkalsemia, kandungan kalsium berlebih di darah, membuat pemeriksaan olh hematolog masih dilakukan. Kami hanya berdoa bahwa ini bukan disebabkan oleh sesuatu yang akan menyakitkan ibu kami.Â
Ibu saya hanyalah satu dari sekitar 25 juta lansia di Indonesia. Dari definisi lansia menurut pemerintah Indonesia, Ibu saya termasuk lansia tua, yang berumur di atas 80 tahun.Ia jadi bagian 8.69 persen dari seluruh lansia di Indonesia, dari sisi usia. Sementara, 63,39 persen dari lansia tergolong lansia muda yang berumur antara 60-69 tahun, sementara terdapat 27,92 persen adalah lansia madya berumur 70-79 tahun (BPS, Statistik Penduduk Usia Lanjut, 2018).
Bila dilihat dari angka ketergantungan penduduk, dari 100 penduduk usia produktif harus menanggung 15 orang penduduk usia lanjut. Artinya, secara nasional, setiap lansia adalah menjadi tanggung jawab sekitar 5,5 penduduk usia produktif (BPS, 2018).
Isu lansia merupakan isu dunia. Jumlahnya yang terus berkembang hingga melebihi jumlah balita di dunia. Menurut Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), saat ini terdapat sekitar 705 juta penduduk berusia di atas 65 tahun di dunia, sementara jumlah balita adalah 600 juta. Pada 2050 diperkirakan rasio itu akan meningkat. Setiap dua orang lansia terdapat satu orang balita.
Persoalan Kesehatan LansiaÂ
Terdapat berbagai isu yang dihadapi lansia. Persoalan lansia mencakup ekonomi, sosial, politik dan kesehatan. Namun, kita sepakati akan berbicara soal kesehatan di artikel ini.Â
The National Council on Aging di Amerika menyebutkan bahwa di Amerika, 92% dari lansia memiliki paling tidak satu penyakit kronis, dan 77% dari lansia memiliki dua penyakit kronis.Â
Angka ini kurang lebih juga menggambarkan situasi lansia di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Terdapat lebih dari sepuluh penyakit yang diidentiikasi sebagai penyakit lansia.Â
Pengalaman saya memobilisasi dan mendampingi dokter relawan untuk pengungsi dari kalangan lansia pada saat gempa Lombok di tahun 2018 menunjukkan realita yang konsisten. Di bawah ini adalah persoalan kesehatan yang umum dihadapi lansia.