Mohon tunggu...
Lestari Zulkarnain
Lestari Zulkarnain Mohon Tunggu... Guru - Berusaha menjadi lebih baik di setiap moment dalam hidup.

Menulis itu menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Suami Pelit Jarang Selingkuh 2

24 November 2022   11:51 Diperbarui: 24 November 2022   11:54 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Pa, hari ini gajian, kan? Mama minta beliin daster, dong. Masak Mama harus pake daster bolong kek gini, kan malu. Masa iya istri pegawai BUMN dengan gaji 20 juta per bulan pake daster bolong," rengekku pada suami yang sedang duduk di kursi dapur sembari menikmati sarapan pagi. 

"Mana dasternya, lihat!" ucap suamiku tak percaya. 

"Aduh, Pa, masak iya daster bolong Mama pake, kan nggak lucu. Dasternya udah Mama jadiin lap. Ini yang Mamah pake daster yang bolongnya dikit lalu mama tembel, lihat, tuh!" ucapku sambil menunjukkan daster yang kupakai. 

"Halah, robek dikit aja, udah, ah, Papa mau berangkat."

"Pa, jangan gitu, dong! Jangan pelit ama istri, entar nggak berkah, lho," ucapku kesal. Lalu pergi maninggalkan suami yang sibuk mengelap mulutnya dengan tisu. 

"Ma!" teriak suami. 

Males.

"Ma!" teriak lagi. "Sini dulu, jangan ngambek."

"Uh, ada apa, sih," jawabku manyun. Rasanya kesal banget. Cuma minta daster aja nggak mau beliin. 

Baca juga: Aku Ingin Pangeran

"Sini, deh. Ukuran daster Mama berapa, biar nanti Papa beliin."

Mendengar ucapan Mas Anang, senyumku mengembang. 

"Serius, Pa? Ok, ukuran Mama "M" ya, merk-nya Ken...na Un...gu," jawabku semangat. 

"Belinya di mana?" 

"Astaghfirullah, kalau gitu biar Mama aja yang beli, entar salah, kan berabe," ucapku khawatir. 

"Jangan, nanti malah merembet beli yang lain-lain. Kalau gitu catet aja, biar gampang!"

"Ok," jawabku semangat. Kali ini aku mau sekalian minta dibelikan bedak sama lipstik. Oya, skincareku juga mau habis, sekalian catet saja. 

Aku mengambil kertas dan pulpen di kamar, lalu kembali ke meja makan dan mencatat keperluanku. Setelah semua kucatat, kertas catatan kuberikan ke suami.

"Apa-apaan ini, kenapa jadi merembet gini, sih. Ada bedak, pelembab, lipstik, skincare dan juga pensil alis," ucap suamiku sembari matanya melotot memegang kertas catatan yang kuberikan. 

"Udah, ah, Pa. Beliin aja, nggak sampai sejuta, kok. Kan papa pinginnya mama cantik, seksi juga awet muda," ucapku sembari mengedipkan mata. 

"What! Nggak ada budget, udah nggak jadi aja," seru Mas Anang, suamiku kemudian bangkit dari tempat duduk dan mengambil tas yang telah kusiapkan. 

"Lagipula selama ini Mama nggak pake gituan juga udah cantik. Muka Mama glowing, seksi dan tampak awet muda," lanjut Mas Anang.

Ini Mas Anang memujiku tapi juga menjatuhkan, dasar.

"Pa, aku cantik dan glowing juga karena pake skincare, tapi pake uangku sendiri. Selama ini Mama nyisihin uang belanja buat beli itu. Uuh, jangan pelit, geh, Pa."

Kemudian aku pergi ke kamar dan membanting pintu, biarkan saja dia berangkat, aku tidak mau salim. Ya Allah, kebangetan banget, sih, papa. Juwet banget, hih. Gigiku gemerutuk menahan kesal. Awas saja, nanti malam kita pisah kamar. 

===

Eh, aku punya ide, aku mau ngetes kesetiaan Mas Anang, sebenarnya dia pelit hanya sama istri apa sama yang lain juga.

Aku mengambil ponsel kemudian kupasang simcard baru yang kemarin beli di konter sebelah. 

Simcard baru tersebut kemudian aku daftarkan menjadi nomor WhatsApp. Nomer tersebut yang nantinya untuk mengetes kesetiaan suami. Ahahaha ide jenius, kan? 

Kali ini foto profil yang aku gunakan menggunakan gambarku yang paling cantik dan seksi, eits, ini pakai aplikasi, lho, jadi kameranya jahat banget. Aku yakin Mas Anang tidak akan mengenaliku bahkan mengira aku adalah Ashanty, gkgkgk.

Misi pertama, akan kukirim pesan ke dia.

[Hy, selamat pagi Babang Tampan, sedang apa?]

Hiks, coba bagaimana reaksinya.

Semenit, dua menit sampai sejam tidak ada balasan. Apa mungkin sedang sibuk. Oh iya, mungkin sedang di jalan. 

Ting, notifikasi masuk. Ini pasti dari Bapaknya anak-anak..

[Siapa, nih] balas Mas Anang.  

Ish, judes amat, atau hanya jual mahal? 

[Apa benar ini nomer Mas Anang?] balasku. 

[Iya, siapa, nih. Jangan ganggu saya, yah, saya sibuk] balas suamiku. Wow sombong juga dia, Hmm, godaan selanjutnya, aku akan mengirim foto seksiku. 

[Boleh kenal lebih jauh, nggak, Mas?] balasku sembari mengirim foto-foto seksi, tetapi wajah aku tutup dengan stiker. Bahaya kalau mengenaliku, bisa-bisa misi gagal. 

[Jangan kirim-kirim gambar begituan, dosa! nanti dosa jariyah, lho! Hapus!]

Gubrak, Masya Allah, ternyata suamiku bisa menjaga pandangan. Owh Mas Anang, kamu memang suami the best. Sungguh terharu membaca balasan chat darinya. 

[Jangan munafik, Mas, kamu suka, kan?] balasku. Aku ingin tahu sejauh mana imannya.

[Hai, aku sudah beristri, istriku lebih cantik meski dia sederhana dan nggak neko-neko, dia mau menerimaku apa adanya. Aku tahu apa maksudmu, kamu pasti hanya mau dengan hartaku, kan? Jangan harap!]

Owh, so sweet .... Aku terhura, eh, terharu. Mas, maafkan kengambekanku tadi, yah. 

Ting, notifikasi masuk lagi. 

[Maaf, melayani Anda sama saja pemborosan, nomer Anda saya blokir!] 

Masya Allah, ternyata suami pelit bisa dipastikan tidak selingkuh meskipun tidak semuanya begitu.

Sore hari. 

Suara mobil terparkir di garasi, itu pasti Mas Anang pulang. Aku harus menyambutnya dengan baik karena meskipun pelit, dia suami yang setia. 

"Udah nggak ngambek, Ma?" tanyanya dengan heran karena mungkin melihatku senyum dan menyambutnya dengan baik. Sebab ketika aku ngambek, jangankan menyambutnya, bicara saja tidak. Aku menggeleng. 

"Nih, pesenan Mama," kata pria yang wajahnya mirip Andy Lau kalau pake sedotan sambil menyerahkan bingkisan. Ketika membuka bingkisan tersebut betapa kagetnya aku, ternyata isinya adalah semua pesanan yang aku berikan tadi. Masya Allah. 

"Oh, makasih Papa sayang, I love you," ucapku sambil mencium pipinya.

"So sweet, deh, Papah," lanjutku lalu pegi ke kamar untuk meletakkan tas kerja Mas Anang 

Tahu gitu tadi nyatetnya yang banyak, yah. Ehm ... Nyesel aku, ha ha ha

"Tunggu!" ujar suamiku. Aku pun menghentikan langkah dan menengok ke arahnya. 

"Iya, Sayang," jawabku. Sekarang manggilnya sayang seperti dahulu saat pengantin baru.

"Besok-besok jangan lagi WhatsApp Papa pakai nomor baru, oke! papa sudah tahu itu kamu."

Gubrak! 

Follow aku ya Sobat opinia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun