"Serius, Pa? Ok, ukuran Mama "M" ya, merk-nya Ken...na Un...gu," jawabku semangat.Â
"Belinya di mana?"Â
"Astaghfirullah, kalau gitu biar Mama aja yang beli, entar salah, kan berabe," ucapku khawatir.Â
"Jangan, nanti malah merembet beli yang lain-lain. Kalau gitu catet aja, biar gampang!"
"Ok," jawabku semangat. Kali ini aku mau sekalian minta dibelikan bedak sama lipstik. Oya, skincareku juga mau habis, sekalian catet saja.Â
Aku mengambil kertas dan pulpen di kamar, lalu kembali ke meja makan dan mencatat keperluanku. Setelah semua kucatat, kertas catatan kuberikan ke suami.
"Apa-apaan ini, kenapa jadi merembet gini, sih. Ada bedak, pelembab, lipstik, skincare dan juga pensil alis," ucap suamiku sembari matanya melotot memegang kertas catatan yang kuberikan.Â
"Udah, ah, Pa. Beliin aja, nggak sampai sejuta, kok. Kan papa pinginnya mama cantik, seksi juga awet muda," ucapku sembari mengedipkan mata.Â
"What! Nggak ada budget, udah nggak jadi aja," seru Mas Anang, suamiku kemudian bangkit dari tempat duduk dan mengambil tas yang telah kusiapkan.Â
"Lagipula selama ini Mama nggak pake gituan juga udah cantik. Muka Mama glowing, seksi dan tampak awet muda," lanjut Mas Anang.
Ini Mas Anang memujiku tapi juga menjatuhkan, dasar.