"Bah, silakan Abah yang bicara."
"Alhamdulillah, bagaiamana anak-anakku? Seru bukan? Hehe. Baiklah, sesion terakhir, silakan buka cadar kalian."
Setelah Abah berucap, rasa deg-degan itu muncul. Seperti apa mereka? Duh.Â
Secara bersamaan mereka membuka cadarnya dan, Gubaraakkk hampir pingsan, aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Mereka semua cantik tiada cela, Masya Allah.Â
Nita wajahnya ke Arab-araban. Arin seperti wanita Korea, putih bersih dengan bibir merah merona. Nisa berwajah hitam manis dengan hidung mancung, khas wanita India, sedangkan Lisa seperti wanita Mesir. Ya Allah, aku bingung sekali.Â
"Ari, kamu sudah melihat wajah keempat gadis itu, sholatlah!" kata Abah. "Jangan bingung, sholat istikharoh dan segeralah tentukaan pilihanmu. Kalian anak-anakku, jodoh itu sudah Allah tentukan. Entahlah nanti siapa yang akan menjadi jodoh Ari, yang jelas kalian jangan kecewa."
"Enggak, Abah," jawab mereka serempak.Â
"Kami sudah mempelajari ini semua dan tidak akan kecewa," jawab Nisa.Â
Setelah itu mereka berpamitan. Aku yang masih tertegun, tak bisa berkata apa-apa.Â
"Hai," seru Abah sambil menepuk pundakku sehingga  membuatku kaget.Â
"Bagaimana, Ri," tanya Abah.Â