Sudah, mungkin itu jawabku.Â
Yang terakhir, aku ingin melihat kalian memasak nasi goreng kesukaanku. Silakan ke dapur."
Mendengar jawabanku, mereka melotot dan saling memandang. Sepertinya belum puas.
"Tunggu," cegah Nisa. "Jika ketika cadar kami dibuka lalu wajah kami jelek, bagaimana, Kak."
Mereka saling pandang dan mengiyakan pertanyaan Nisa.Â
Kugaruk kepalaku  yang tidak gatal. Memang, aku bagai membeli kucing dalam karung. Jika wajah mereka tidak cantik, gigi maju ke depan, lalu bagaimana? Namun aku yakin pilihan ayah pasti cantik-cantik.Â
"Tadi ada yang jawab bahwa cantik dan ganteng relatif."
"O, gitu ya, Kak. Makasih," jawab Nisa.
Kami menuju dapur. Emak sudah mempersiapkan alat dan bahan nasi goreng. Setelah kuberi aba-aba, mereka memulai memasak.Â
Lima belas menit kemudian, nasi gorengpun jadi. Mereka menghidangkan di meja makan. Aku mencicipi semua, dan rasanya enak semua. Duuh, makin bingung.Â
"Hemm, masakan kalian enak semua, terima kasih," ucapku. Setelah ini, kami ke ruang tamu dan berkumpul bersama Abah dan Emak serta orang tua mereka. Â