Mohon tunggu...
Leopoldus Giovani Sitohang
Leopoldus Giovani Sitohang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Frater Serikat Sabda Allah (SVD)

Mahasiswa STFT WIDYA SASANA Malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Untuk Apa Sih Kita Hidup? Mari Berfilsafat!

16 Agustus 2021   23:12 Diperbarui: 18 Agustus 2021   14:04 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Authenticity VS Bad Faith

Manusia tidak dapat menghindar dari berbagai pilihan yang luar biasa banyaknya dalam hidup ini. Lantas apakah para filsuf memiliki saran agar kita dapat memilih jalan hidup yang benar? Ada satu hal yang ditekankan para eksistensialis, yaitu authenticity atau autentisitas.

Apa yang dimaksud authenticity? Oleh karena hidup ini tidak memiliki makna, hidup ini menjadi bebas, tidak ada petunjuk yang jelas. Lantas apa yang harus dilakukan manusia dengan kebebasan ini? Harus diakui bahwa kita seringkali cenderung mengikuti apa yang dikatakan orang lain yang terlihat mempunyai otoritas, seperti guru, pejabat, psikolog/psikiater yang kita jumpai, motivator, imam, dll. Mengapa kita harus mengikuti mereka? Bukankah pada kenyataannya mereka juga sama seperti kita? Bukankah mereka juga orang yang bingung atas apa yang harus dilakukan dalam hidup ini? Jadi, menurut Sartre tidak ada orang yang bisa memberikan kita panduan yang benar dalam hidup ini? Kalau begitu apa yang harus kita lakukan bila semua manusia bingung, bila tak seorangpun yang dapat memberikan petunjuk? Authenticity! Hiduplah berdasarkan pilihan yang murni lahir dari diri kita sendiri! Pilihan yang autentik lahir dari sendiri!

Menjadi autentik artinya tidak membiarkan seorangpun di dunia ini memengaruhi pilihan kita. Tidak ada seorang pun yang bisa memberikan jawaban yang benar, kecuali dirinya sendiri. Apa yang telah dipilih seseorang maka itulah jawaban yang benar, jawaban yang autentik. Sejauh pilihan itu dibuat atas dirinya sendiri, dia menjadi autentik! Menjadi autentik juga berarti berani menentukan pilihan dengan bebas.

Bagaimana dengan orang yang membiarkan orang lain memengaruhi pilihannya atau orang yang tidak memperdulikan makna hidup? Apakah itu artinya mereka tidak autentik? Ya, boleh dikatakan demikian. Sartre menyebut hal ini dengan Bad Faith. Istilah ini digunakan untuk menjelsakan orang yang menolak untuk percaya bahwa pilihan itu ada. Dia memberikan contoh seorang waitress yang merasa dirinya terlahir sebagai seorang waitress.

Seorang waitress mengatakan bahwa dirinya terjebak. Dia berkata bahwa bila dia tidak menjadi waitress, maka dia tidak akan bisa menafkahi dirinya. Ia menjadi waitress karena memang tidak ada pilihan lagi. Itulah yang dia katakan waitress pada dirinya sendiri. Sartre jelas tidak setuju atau bersikap kontra dengan waitress itu.

Sartre menjelaskan bahwa waitress itu telah membohongi dirinya sendiri, dengan mengatakan bahwa "menjadi waitress adalah satu-satunya jalan untuk hidupnya" karena kenyataaanya tidaklah seperti itu! Kemungkinan pertama, ia hanya menyangkal kebebasannya sendiri untuk memilih. Atau kemungkinan kedua, dia tidak berani memilih karena dalam setiap pilihan terkandung tanggungjawab, usaha dan kerja keras, serta konsekuensi yang harus siap diterima.

Memang adalah hal yang wajar bila terkadang kita merasa terpaksa harus mengikuti jalan hidup tertentu, tetapi bukan berarti kita sampai lupa kalau kita itu makhluk bebas yang mempunyai pilihan, dan ketika kita telah menyangkal kebebasan kita sendiri, kita terjebak dalam Bad Faith!

Penutup

Eksistensialisme adalah sebuah pandangan yang melihat eksistensi manusia yang bebas memberikan makna pada hidupnya sendiri. Akan tetapi kerap kali kebebasan itu juga mendatangkan kegeliasahan (anxiety). Kegelisahan (anxiety) muncul karena manusia mau tak mau harus siap bertanggungjawab terhadap konsekuensi dari pilihan mereka sendiri. Meskipun begitu seseorang haruslah hidup secara autentik yakni memilih jalan hidupnya sendiri dan tidak bergantung pada suatu otoritas atau faktor eksternal, serta menghindari bad faith (yang mana merupakan tindakan menyangkal kebebasan hidupnya sendiri!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun