Nika terpikir pada tiga buah cincin mahal yang melingkar di jari tangan kirinya. Selain dua cincin bertatahkan berlian murni, ada cincin emas 15 gram berpola ular yang dibeli papanya ketika bepergian ke Yerusalem dulu. Nika menanggalkan cincin antik itu dari jarinya, lalu perlahan dipegangnya tangan kiri perempuan itu.
"Ini aku berikan untuk namboru sebagai kenangan, kita masih akan ketemu lagi ya namboru."
Perempuan itu terperangah, tak sempat menolak ketika cincin itu sudah melingkar di jari manisnya. Ukurannya pas sekali dengan jari manis Nika.
"Jangan tolak namboru, harganya tak sebanding dengan kebaikan namboru, tapi ini bukan sebagai imbalan kebaikan yang namboru persembahkan buatku, ini hanya sekedar kenangan pertemuan kita yang terberkati."
"Aku doakan dirimu selalu, bikin kabar nanti kalau sudah sampai di Tuktuk. Tadi kan sudah kuberi nomor ponselku."
Keduanya beringsut menuruni rumah berkolong cukup tinggi dengan tulisan Anno 1914 pada pintu depan. Di ujung jalan dusun, ibu itu melambaikan tangannya pada sebuah mobil oplet. Penumpang dalam oplet itu terpana melihat gadis secantik itu menaiki angkot.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI