Riko tersenyum, dipegangnya bahu Nika."Kurasa itu sifatnya manusiawi saja, sama halnya kalau seseorang merasa malu,sombong,angkuh, atau yang lain."
Nika menampik pleidoi macam itu. Dia mencibirkan bibir manisnya, mengalihkan pandang ke perahu warga yang melintas di pinggiran danau.
"Kamu hebat Riko,bagiku kamu hebat, dan bisa jadi orang hebat. Tapi tak setiap orang punya pandangan seperti aku."
"Hebat? Apaku yang hebat Nika, kamu hanya menyemangatiku Nika."
Nika melebarkan kedua mata memandang Riko.
"Kamu hebat,Riko..." katanya dengan tekanan intonasi yang serius.
"Ah, hebat apanya Nika,"
"Riko bisa membuat seorang putri istana jatuh cinta padamu, kalau kamu masih anggap aku putri istana..." Senyum menghiasi bibirnya, lalu akhirnya tertawa berderai. Riko mengikuti tawa bernuansa manja itu dengan menutup mulut dengan kedua tangan.
Dialog itu kemudian berlangsung ceria sambil berjalan bergandengan tangan.
Riko : Jangan selalu bilang aku hebat!
Nika ;" Kalau bagiku hebat, apa salah?