Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Seindah Pelangi Senja (107)

17 November 2015   05:56 Diperbarui: 17 November 2015   11:46 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Nika mereguk romantisme perjalanan itu dengan hati berbunga. Mulanya Nika ingin berjalan kaki saja menyusuri sepanjang pantai. Tapi Riko menyarankan perlunya bawa kenderaan,agar pulangnya tak terlalu melelahkan. Pak Sima memahami artinya kasmaran. Dia tak ingin menjadi pengganggu keasyikan pasangan itu. Pak Sima paham betul apa dan bagaimana rasanya jatuh cinta. Dunia menjadi begitu kecil dan sempit.

"Sebaiknya kalian aja dulu yang pergi, aku istirahat di hotel," kata sopir mobil rental itu ketika diajak mengarah ke Pangururan,ibu kotanya Kabupaten Samosir.

"Baiklah kalau bapak mungkin masih lelah, biar aku yang nyetir," kata Riko.

Riko mengemudi dengan santai. Tapi di beberapa tempat di tepian pantai, mobil dihentikan atas permintaan Nika yang ingin menikmati suasana dengan jalan kaki. Mobil pun ditinggalkan, dan keduanya bergandengan menyusuri pantai.

"Indahnya pelangi itu, kemarin juga ada," cetus Nika menunjuk ke arah timur. Pelangi melengkung romantis di antara gumpalan awan senja berwarna abu-abu.

"Melengkapi indahnya cinta kita," sambung Riko seraya menggandeng Nika melintasi tepian danau yang berbatu-batu.

"Kita tak lama lagi di sini Riko, kita segera ke Jakarta. Papaku yang menugasku menjemputmu kemari," kata nika sambil melingkarkan kedua tangannya bergantung di bahu Riko.

"Itu mujizat, seorang anak desa diboyong ke istana putri," kata Riko,tersenyum lebar. Dikecupnya kening gadis itu,lembut.

Nika melepas rangkulannya. Tak senang dengan ucapan Riko.

"Jangan bicara seperti itu bang Riko sayang. Jangan selalu minder, sayang. Dulu aku sudah bilang prinsipku manusia itu sama, hanya kebetulan keberuntungan yang berbeda..."

Riko merasa serba salah. Gadis ini benar, gumamnya. Aku memang sering disusupi perasaan minder,bahkan perasaan mujizat bisa mendampingi bahkan sampai pacaran dengan anak gadis orang kaya. Riko selalu berupaya menyingkirkan perasaan demikian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun