Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Mengenal Dayak Borneo

2 Maret 2016   14:16 Diperbarui: 2 Maret 2016   14:34 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam syair tutur Dayak Manya'an, tersebutlah kisah 'Java Nansarunai Usak'/ Nansarunai Usak Jawa, mengenai kehancuran kerajaan Dayak Nansarunai yang dihancurkan oleh ekspansi Jawa, yakni kerajaan Majapahit.

Kejadian tersebut diperkirakan terjadi pada 1309-1389, mengakibatkan berpencarnya Dayak semakin jauh di pedalaman. Gelombang pengaruh selanjutnya adalah pengaruh religius yang mengubah entitas sebagian Dayak.

Pengaruh Kerajaan Demak (1608), mengubah sendi kehidupan Dayak. Entitas adat dan budaya diubah menjadi entitas religius. Setelah memeluk satu bentuk kepercayaan baru, banyak yang tak menyebut dirinya Dayak lagi.

Bagi yang mempertahankan adat dan budaya, mundur, menempatkan diri di wilayah Hutan Tangi, Amuntai, Margasari, Watang amanda, Labuan Amas dan Watang Balangan. Sebenarnya Kesultanan Banjar sendiri merupakan keturunan yang memiliki darah Dayak Manyan atau Ot Danum.

III. Pergerakan Tinggal

Tentu akan rumit untuk menjelaskan pergerakan tinggal suku Dayak karena banyaknya sub etnis Dayak itu sendiri. Namun penelitian dan pengamatan tentang satu sub etnis dapat menggambarkan keadaan Dayak saat itu.

Sebelum bertaburan di wilayah Sarawak, Dayak Bedayuh diperkirakan memiliki pusat peradaban di sekitar Sungai Kapuas, Hulu Sungai Sanggau, dan Sungai Sekayam wilayah Kalimantan Barat (Lee, 1970; Grijpstra 1976; Brooke, 1866; Minos, 2000).

[caption caption="australia dan Dayak_sumber_awm.gov.au_"]

[/caption]Bedayuh mulai berpindah ke wilayah Sarawak dengan banyak sebab, diantaranya, untuk menghindari perbudakan, menjadi sasaran para bajak laut, menghindari persekusi dari kekuasaan Sultan Brunei, menghindari perburuan kepala (peneget), dan sistem perdagangan yang tidak adil.

Wilayah tinggal Dayak Bidayuh di Sarawak disebut Sabuk Bedayuh/ Bedayuh Belt (Dundon, 1989: 407), meliputi Lundu, Bau, Kuching, Serian, Samarahan. Sekitar 90 persen Bedayuh masih menempati wilayah ini (Minos, 2000: 4).

Mungkin ini dapat menjelaskan sedikit, bahwa banyak komunitas Dayak lainnya berada jauh dari perkampungan asal beberapa dekade bahkan ratusan tahun silam. Menghindari persekusi rejim berkuasa, ketidakadilan, tersudutkan, dan mencari kedamaian.

Tidak lagi dalam wilayah yang dahulu tempat beradanya Rumah Betang/ Rumah Panjang. Itupun jika peninggalan rumah adat tersebut masih wujud, karena beberapa kesaksian para tetua Dayak, tempat mereka tinggal dihancurkan atau dibakar.

IV. Bahasa

Dengan sekitar 200 sub suku Dayak, terdapat sangat banyak bahasa dan dialek yang digunakan, sekitar 170 bahasa yang terdokumentasi. Pergerakan tinggal Dayak juga dapat menjelaskan kesamaan dialek meski terbentang jarak yang agak jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun