Tak bisa disalahkan, karena untuk orangtua mereka sekalipun, akan kebingungan untuk memulai sejarah Dayak berawal dari mana. Luar biasa, agenda eliminasi satu budaya peradaban, melalui sistem pendidikan, nyaris sempurna menghapus jejak Dayak.
- Dayak -
I. Teminologi Dayak
Peradaban adalah pengetahuan, satu konsep yang dimiliki oleh para pendahulu, peneliti, melalui jurnal dan riset. Lucunya, kekayaan peradaban ini lebih diakui oleh bangsa asing dibanding para simpatisan yang mengaku satu Nusantara. Pengetahuan apapun, sangatlah bijak bila mengacu pada sistem keilmuan, ilmiah, fakta, dan data.
Terminologi Djak/ Dayak digunakan oleh koloni Belanda bagi menyebutkan suku asli di pedalaman Borneo/ Kalimantan, seperti Ngadju Dayak, Selako Dayak, dan Ma'anyan Dayak. Deteksi awal panggilan Dayak diyakini lebih jauh dan lama dibanding dengan yang terdokumentasi.
Sir James Brooke, petualang dan Gubernur Inggris untuk koloni wilayah Sarawak, yang sering disebut Raja Putih Sarawak dari 1842 - 1868, menggunakan sebutan ini bagi Suku Iban/ Sea Dayak (Dundon, 1989: 407), dan Bedayuh/ Land Dayak (Chang, 2002: 18).
Pada perkembangannya, panggilan Dayak, dengan kebanggaan sebagai pemersatu, diakui dan digunakan hampir seluruh sub etnis Dayak di Kalimantan. Dayak sebagai pemersatu dibutuhkan setelah sebagian Borneo menjadi Indonesia (1945), dan Sarawak bergabung dengan Malaysia (1963).
Eksistensi sub suku Dayak melalui Dayak itu sendiri merupakan kekuatan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Namun tetap saja pengaruh Dayak dimarginalkan melalui berbagai kebijakan dalam sistem kehidupan.
Sedikitnya terdapat 200 sub suku Dayak, dengan sangat banyak bahasa dan dialek yang digunakan, sekitar 170 bahasa yang baru terdokumentasi.
Sub suku Dayak sendiri diantaranya, bekatik, benyaduk, Ahe, Banjar, Barito, Benuaq, Berawan, Bidayuh, Bukitan, Dumpas, Dusun, Iban, Iban Mualang, Iban Embaloh, Ida'an, Illanun, Kadazan, Kayan, Kedayan, Kelabit, Kendayan, Kenyah, Kejaman, Kwijau, Lun Bawang, Lun Dayeh, Lotud, Maloh, Mangka'ak, Maragang, Melanau, Minokok, Murut, Ngaju, Penan, Punan Ba, Rajang, Rumanau, Rungus, Selakau, Sepan, Taman, Tambanuo, Tanjung, Tidong, Ukit, dan banyak lagi.
II. Asal dan Peradaban
Satu kisah mistikal dari Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, Tetek Tahtum, menceritakan bahwa leluhur semua Dayak merupakan keturunan langit/surga yang kemudian menempati dataran rendah dan tinggi di Kalimantan. Demikianlah bentuk memuliakan manusia sebagai bentuk ciptaan Ilahi.
[caption caption="dayak_sumber_history-of-culture.blogspot.co.id_"]
Menurut peneliti HTH Fisher, migrasi pertama dimulai lebih jauh lahi yakni sejak era Tersier, saat Borneo/ Kalimantan masih menyatu dengan benua Asia. Ini memudahkan pergerakan dari ras monggoloid melalui pegunungan 'Muller-Schwaner'. ia menjelaskan Dayak merupakan penduduk asli Kalimantan, namun setelah ras Melayu dari Sumatera dan Semenanjung Malaka masuk, Dayak semakin masuk wilayah pedalaman.