"Silahkan jabat tangan calon mertua mu" Ucap penghulu
Jabatan kedua tangan laki-laki yang berbeda umur itu dipandang haru oleh keluarga yang menyaksikan.
"Ya akhi, Ibrahim Rayhan Zain"
"Na'am"
"Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti Amira Senata Dirgantara alal mahril khomsuna (50) dinar wa adawati sholati haalaan"
Dengan suara yang tak kalah lantangnya, Zain mengucapkan kalimat sakral itu dengan sekali tarikan nafas.
"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq."
Amira yang berada di sebuah ruangan meneteskan air matanya ketika mendengarkan suara lantang yang sekarang sudah sah menjadi suaminya.
"Sayang, princess nya bunda, putri bunda yang cantik sendiri. Sekarang kamu sudah menjadi istri dari nak Zain. Patuh sama suami mu, jangan pernah membantahnya, jadilah istri yang baik, meskipun kamu belum kenal nak Zain, tapi bunda yakin suatu saat nanti kalian akan saling mencintai" Ucap bunda Sintiya
"Bunda hiks hiks hiks" Amira langsung memeluk bundanya
"Sudah ya, jangan nangis lagi, sebentar lagi suami mu kemari, jangan lupa sambut dia dengan senyuman manis mu dan cium tangannya." Ucap bunda sambil menghapus air mata Amira dengan hati-hati karena takut make up nya hilangÂ