Mohon tunggu...
pelangi
pelangi Mohon Tunggu... Marketing -

Warna yang melukis wajah saya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[100Puisi] Pak Tua dan Istrinya

17 Februari 2016   15:05 Diperbarui: 17 Februari 2016   15:12 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendung malam itu

Larut sudah hari yang ditelan kegelapan

Namun cahaya kota masih menampakan kesombongannya

Kerlip lampu-lampu pertokoan masih menjajakan kehidupannya

Manusia-manusia sepertinya masih enggan melupakan dunianya dan kembali keperaduannya

 

Disudut remang dari lampu jalanan

Pak Tua mengiba menengadahkan tangannya

istrinya tergeletak tak berdaya di sampingnya

kami belum makan tuan...

Sisihkanlah hartamu yang jadi hak kami serunya...

Tolong kami tuan..

Tangannya memperlihatkan gestur pada setiap mata yang memandangnya

kami belum makan tuan..

kasihani kami nyonya..

 

Namun lampu kota terlalu sombong untuknya

Setiap mata yang melihat hanya berpaling untuk mencibir

Akh...

Rasa iba sudah menghilang kesudut sempit setiap hati

Nurani sudah lama mati dibunuh rasa curiga

Ketidak berdayaan sudah dipandang sebagai panggung sandiwara para malas

Kota ini tidak mati

Lampu-lampu tak pernah tertidur

Namun jiwanya telah lama mati..

 

Hujan pagi ini..

Orang-orang berkerumun dengan mulut penuh caci

Dimana nurani kota ini? makinya..

Negara telah lalai mengurus rakyatnya! semburnya..

Blitz kamera berkilat memotret objek yang tidak biasa

Matinya nurani update media sosialnya

 

Di sana..

Disudut remang lampu jalanan

Dua tubuh tergeletak tak berdaya

Berselimut lembaran koran tanda mereka tanpa nyawa

Mereka..

Pak Tua dan Istrinya...

 

Pelangi 17/02/2016

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun