Mohon tunggu...
pelangi
pelangi Mohon Tunggu... Marketing -

Warna yang melukis wajah saya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[100Puisi] Pak Tua dan Istrinya

17 Februari 2016   15:05 Diperbarui: 17 Februari 2016   15:12 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendung malam itu

Larut sudah hari yang ditelan kegelapan

Namun cahaya kota masih menampakan kesombongannya

Kerlip lampu-lampu pertokoan masih menjajakan kehidupannya

Manusia-manusia sepertinya masih enggan melupakan dunianya dan kembali keperaduannya

 

Disudut remang dari lampu jalanan

Pak Tua mengiba menengadahkan tangannya

istrinya tergeletak tak berdaya di sampingnya

kami belum makan tuan...

Sisihkanlah hartamu yang jadi hak kami serunya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun