Mohon tunggu...
Spenser Lemaich MA
Spenser Lemaich MA Mohon Tunggu... Guru - membuat profil sebagai tugas kuliah

Guru bahasa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pemanfaatan Novel "Kembali ke Desa" Sebagai Bahan Ajar Integrasi Pendidikan Filsafat Bahasa dengan Mata Pelajaran Sastra di Kurikulum IB Program Tingkat Atas

7 Agustus 2022   10:13 Diperbarui: 7 Agustus 2022   10:20 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Interaksi tersebut berlanjut selama Putu berada di ruang kantor Mayor Hoffman dengan puluhan contoh lain seperti kedua di sini.

  • Bahasa dan interaksi sosial
  • Penggunaan bahasa untuk mengatur dan menjaga hubungan sosial dapat dilihat dari awal novel sampai akhir novel dalam penggunaan kata Putu kepada Mayor, misalnya pada halaman 52, “Mari masuk, Tuan! […] Tuan ingin duduk di dalam atau di beranda saja?” ketika Mayor mengikuti Putu ke rumahnya yang di tangsi. Putu tidak mau diikuti ke rumahnya, namun dia tetap menjaga kesopanan dan melakukan apa yang dianggap baik di mata orang sebagai ‘nyonya rumah’. Kesopanan dapat dilihat dalam interaksi bujang tua dengan Mayor (2018: 52) atau prajurit dengan Mayor (2018: 50) atau Wakil kepala desa dengan Kepala Desa (2018: 168). Interaksi ini semua dapat direnungkan sebagai contoh pengguaan bahasa untuk tujuan tertentu, yaitu penjagaan hubungan.

  • Kebenaran

Namun pada akhir cerita Kembali ke Desa, Putu Larasati menjadi semakin kuat dan percaya diri sehingga dia tidak perlu tertindas lagi dan dia merasa bebas dari kekuatan Mayor Hoffman. Pada akhir cerita, Putu menghadapi Kepala Desa dan wakilnya, tetapi dia tahu bahwa dia sendiri tidak bersalah. Ketika wakil kepala desa mau mengambil rumahnya, Putu menjawab, “Kau ambil sendiri kalau berani! […] Tetapi sebelum kau bisa masuk ke rumahku, kau harus melewati aku dulu!” (2018: 164) Pada halaman berikutnya, wakil kepala desa tahu bahwa “kata-kata Putu Larasati semuanya benar” (2018: 165).  

  • Terjemahan bahasa

Karena Putu Larasati menikah dengan seorang Belanda, Kapten Robert van Eyk, mereka berdua berusaha belajar bahasa asing. Pada halaman 28, Putu berkomentar: “Aksen Belandamu memang menggelikan bagi telinga orang Indonesia, tetapi aku juga bangga karena engkau lebih dulu hafal syair dan lirik lagu ini dibandingkan dengan aku. Engkau heat, suamiku!” Mereka berdua belajar dua bahasa dan bertukar ilmu dan pendapat dari dua budaya. “Kapten Robert van Eyk juga senang menceritakan hal-hal yang selama ini melintas di mimpinya pun sama sekali tidak pernah dibayangkan oleh Putu Larasati” (2018: 24). Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu dari Belanda yang tidak pernah dipahami oleh Putu dapat dia terima karena proses terjemahan, dan budaya Indonesia yang tidak pernah dipahami oleh Kapten van Eyk dapat dia terima karena terjemahan. Contoh-contoh seperti ini dapat menjadi permulaan diskusi bagi siswa mata pelajaran sastra dan teori pengetahuan mengenai proses, keunggulan dan keterbatasan terjemahan.

  • Kreativitas

Dalam Kembali ke Desa, tokoh Putu Larasati sendiri menjadi seorang penulis, dan para pembaca dapat membaca cerpennya dia mulai halaman 93-102 dan 140-153. Namun sesuai dengan alur cerita Kembali ke Desa dapat dipahami bahwa kepentingan kedua cerpen ini bagi Putu Larasati bukan hanya sebagai sebuah hobi atau kesibukan saja, melainkan kedua cerpen ini menjadi sebuah cermin di mana dia menemukan kekuatan moral untuk menjalani kehidupannya yang susah.

Cerpen yang pertama berjudul “Karena Rengganis Tidak Menangis” (2018: 93) dan ketika Putu membaca ulang cerpen ini, dia sendiri menjadi lebih kuat sehingga tidak harus menangis di depan orang lain tentang keadaanya sendiri. Cerpen yang kedua berjudul “Soerti, Gadis Pejoeang” (2018: 140) dan kita Putu membaca ulang cerpen ini, dia menjadi sadar bahwa dia sendiri mampu melalui kejahatan, walaupun dengan cara yang lembut dan tidak kasar. Ketika wakil kepala desa mau dating dan mengambil rumahnya, Putu langsung bertanya kepadanya, “Ada apa engkau menyusulku?” dan “Perintah apa? Mengambil surat-surat rumah dan sawah orang tuaku?” (2018: 164). Pada awal cerita, Putu tidak berani melawan atau berkata yang tidak sopan kepada Mayor Hoffman atau siapapun. Namun antara halaman 160-180 dilihat bahwa Putu menjadi semakin berani dan semakin kuat dalam sifatnya untuk melakukan apa yang baik – dan kekuatan moral inilah yang dia dapat dari cerpen Soerti Gadis Pejoeang. Melalui novel Kembali ke Desa, siswa dapat menentukan salah satu tujuan dari sastra sendiri – untuk mendidik dan menguatkan karakter dan moral manusia melalui cerita, sama seperti apa yang dialami oleh Putu Larasati sendiri dalam novel ini.

SIMPULAN

Penelitian ini menyimpulkan bahwa tujuan kurikulum IB Teori Pengetahuan tentang pendidikan topik-topik filsafat bahasa dapat dikaitkan dengan tujuan kurikulum mata pelajaran IB Bahasa dan Sastra Indonesia melalui penggunaan novel sebagai media bahan ajar, seperti yang telah ditunjukkan dengan contoh-contoh dari novel Kembali ke Desa. Karya sastra, bahan ajar yang diwajibkan oleh silabus Bahasa dan Sastra, merupakan bahan ajar yang sangat cocok untuk mengeksplorasi topik-topik filsafat bahasa dari Teori Pengetahuan, seperti komunikasi, interaksi, kebenaran, terjemahan dan kreativitas. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi arahan bagi para pendidik IB Program Tingkat Atas untuk mengintegrasikan tujuan akademik kedua mata pelajaran IB dengan lebih baik dan dengan lebih semangat.

 

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. (2014). Filsafat bahasa dan pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Amaliyah, N. (2017). Implementasi pendekatan transdisciplinary dan model inquiry dalam pembelajaran social studies berbasis International Baccalaureate (Studi kasus di kelas IV Bandung Independent School). Modeling: Jurnal Program Studi PGMI (4)1, 39-50. http://www.jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/modeling/article/view/101

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun