Mohon tunggu...
Spenser Lemaich MA
Spenser Lemaich MA Mohon Tunggu... Guru - membuat profil sebagai tugas kuliah

Guru bahasa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pemanfaatan Novel "Kembali ke Desa" Sebagai Bahan Ajar Integrasi Pendidikan Filsafat Bahasa dengan Mata Pelajaran Sastra di Kurikulum IB Program Tingkat Atas

7 Agustus 2022   10:13 Diperbarui: 7 Agustus 2022   10:20 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

 

Penelitian ini mengkaji novel Kembali ke Desa karya Tri Budhi Sastrio sebagai contoh novel yang dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai sumber bahan ajar untuk memudahkan proses pengintegrasian kurikulum International Baccalaureate Bahasa dan Sastra Indonesia dengan kurikulum International Baccalaureate Theory of Knowledge (Teori Pengetahuan) melalui topik-topik penting di bidang filsafat bahasa. Penelitian ini menggabungkan metode deskriptif kuantitatif dengan metode pustaka dan simak, dengan menyelidiki hubungan antara (1) silabus IB bahasa pertama, (2) silabus IB TOK khususnya terkait dengan tema pilihan ‘Pengetahuan dan Bahasa’, sebagaimana dapat dipahami melalui topik-topik filsafat bahasa, dan (3) bagaimana tema-tema ini dapat dikemukakan melalui novel, Kembali ke Desa karya Tri Budhi Sastrio. Topik-topik filsafat bahasa yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) komunikasi: bahasa dan pikiran; (2) interaksi sosial dan bahasa; (3) kebenaran; (4) terjemahan; (5) kreativitas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tujuan kurikulum IB TOK dapat dikaitkan dengan tujuan kurikulum IB Bahasa Indonesia melalui penggunaan novel sebagai media bahan ajar seperti ini, dan karya sastra merupakan cara yang sangat cocok untuk memahami topik-topik filsafat bahasa.  

Kata kunci: filsafat bahasa; International Baccalaureate Diploma Program; bahasa dan pikiran; pendidikan sastra; kreativitas

PENDAHULUAN

International Baccalaureate (IB) adalah kurikulum internasional kompetitif, berasal dari Jenewa, Swiss tahun 1968, yang telah mendunia dan sekarang ada di 157 negara di 3,421 sekolah (IBO, 2022, Key facts), dan 64 sekolah yang sedang beroperasi di Indonesia sekarang. Tujuan utama dari International Baccalaureate Diploma Program (IBDP), yang disebut dalam bahasa Indonesia sebagai Program Tingkat Atas (PTA) adalah “menciptakan dunia yang lebih baik melalui pendidikan” (IBO, 2019, Apakah: 1), melalui “jalur pendidikan internasional untuk siswa berusia 16 tahun hingga 19 tahun” (2019: 1) yang membuka kesempatan di lebih dari 3,300 perguruan tinggi di seluruh dunia (IBO, 2022, Pathway). Program Tingkat Atas meliputi profil pemelajar yang mementingkan keaktifan siswa dengan berbagai atribut, yakni: (1) pelaku inkuiri; (2) berpengetahuan; (3) pemikir; (4) komunikator; (5) berprinsip; (6) berpikiran terbuka; (7) kepedulian; (8) pengambil risiko; (9) berimbang; (10) reflektif (2019: 3-4) dengan tujuan akhir pembelajaran bahwa siswa mampu meningkatkan (a) keterampilan berpikir, (b) keterampilan meneliti, (c) keterampilan komunikasi, (d) keterampilan sosial, dan (e) keterampilan mengelola diri sendiri (2019: 8).

Kurikulum Program Tingkat Atas terdiri dari tiga bagian ‘inti’ dan enam kelompok mata pelajaran (2019: 5). Salah satu dari ketiga bagian inti adalah mata pelajaran Theory of Knowledge (atau Teori Pengetahuan, disingkatkan di artikel ini sebagai TOK), yang mewajibkan siswa menjadi pemikir kritis dan menjawab berbagai macam pertanyaan terkait filsafat epistemologi (IBO, 2019, Language A: Language and Literature Guide: 3). Setiap kelompok mata pelajaran lain, termasuk matematika, sains, bahasa pertama dan bahasa asing, ilmu pengetahuan sosial dan seni, harus dikaitkan dengan mata pelajaran inti TOK sehingga siswa yang lulus dari IB Program Tingkat Atas harus mampu “eksplorasi pertanyaan mendasar tentang bagaimana kita mengetahui apa yang kita ketahui” (2019: 5). Setiap silabus dalam PTA, termasuk Bahasa dan Sastra Indonesia harus dikaitkan dengan mata pelajaran inti TOK, supaya siswa memahami perbedaan antara berbagai macam tipe pengetahuan di dunia yang mempunyai ciri-ciri yang unik masing-masing.

Dalam kurikulum IB PTA, setiap sekolah boleh memilih antara tiga silabus pembelajaran bahasa pertama, yaitu (1) Bahasa A: Sastra; (2) Bahasa A: Bahasa dan Sastra; atau (3) Bahasa dan Seni Drama (IBO, 2019, Language A: 7). 

Namun setiap pilihan masih mewajibkan siswa memahami dan mengeksplorasi kaitan antara mata pelajaran bahasa dan sastra dengan mata pelajaran inti teori pengetahuan (TOK). Beberapa isu terkait dengan pembelajaran bahasa dan sastra dalam kurikulum IB PTA adalah pembaca, penulis, teks (2019: 22) dan konteks (2019: 23). 

Walaupun setiap silabus Bahasa A menggambarkan bagaimana mata pelajaran sastra harus dikaitkan dengan TOK, supaya siswa dapat memahami bahwa bahasa dan sastra pun hanya merupakan sebuah cermin tentang realitas dan bukan realitas itu sendiri (2019: 8), pengajar kelas IB sastra seringkali mengalami kesulitan dengan memahami bagaimana cara mengintegrasikan mata pelajaran bahasa dan sastra dengan mata pelajaran teori pengetahuan. 

Sampai saat ini pengajar bahasa dan sastra masih membutuhkan bimbingan untuk lebih memahami unsur-unsur filsafat dalam mata pelajaran Teori Bahasa (TOK) dan bagaimana cara mengemukakan unsur-unsur tersebut dalam kelas bahasa dan sastra. 

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat lebih seksama tentang unsur-unsur filsafat bahasa mana yang terkandung dalam silabus TOK, dan apabila topik-topik tersebut dapat dikemukakan melalui pembacaan karya sastra di kelas bahasa dan sastra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun