S. Tejo lebih konfiden dan tidak sangsi mengatakan bahwa dia sangat ragu dengan ulama-ulama (tabligh) yang berdakwah amar ma'ruf nahi mungkar dapat diikuti oleh ummat dan ulama level itu tidak mempunyai elektabilitas cawapres misalnya.
Ulama Tabligh Disesatkan Oleh Kiyainya Nasi Goreng
Deskripsi singkat menjelang pagi dari lelaki paruh baya bertopi koboi seperti menghipnotis sisi ruangan. Tidak ada yang spontan membantah penjelasan sarat pelecehan tersebut.
Hingga tiba di menit ke 5 (lima) detik ke sebelas (11). S. Tejo mulai mengeluarkan isi hati liberal dan pikiran sekuler aslinya.
Memvonis secara eksplisit kepada Ustd. Haikal dan Yusuf Martak serta jamaahnya yang selalu menyeru kalimat takbir (Allahu Akbar)Â dengan tegas, telah membuat diri Sujiwo Tejo yang mendengarnya merasa ketakutan yang sangat luar biasa.
Penalaran orang banyak yang nantinya sesat dalam dakwaan S. Tejo atas kumandang kalimat takbir oleh Ustd. Haikal dan kawan-kawan (sesama ulama), terindikasi memungkinan tuduhan ini juga beralamat kepada ustad-ustad lain dan ulama-ulama yang bukan kebanggaan dan pilihan hati Sujiwo Tejo (ulama pendukung Prabowo-Sandi).
Perilaku buruk yang eksplisit dan sangat jelas tidak sesuai ilmu pemasaran dianggapnya sah dan normal saja tatkala nasi goreng khas rasa judes ternyata mampu laris ketimbang peran ulama tabligh.Â
S. Tejo pun memuntahkan segenap duka laranya perihal kalimat takbir yang mengusik perasaan dan ketenangan batinnya.
Simak video lengkapnya di https://youtu.be/cSM1TA1vpuY
Meskipun hanya Karni Ilyas yang memvonis orang sebaik Sujiwo Tejo hidupnya setengah kotor, bukan berarti ulama tabligh dan semua ulama di kubu Prabowo-Sandi lebih kotor dari ulama atau kiyainya penjual nasi goreng.Â
Bergelimang Dosakah Dia (Sujiwo Tejo)?Â
Atau seharusnya S. Tejo tidak pantas mendengar seruan takbir dari orang-orang (bukan ulama) dan yang dianggap lebih nista (ulama) darinya?