Hari ini, tepat lima tahun yang lalu.
Pagar yang kupegang ujung-ujungnya masih tampak sama. Persis bertahun-tahun sebelumnya. Yang berbeda hanyalah pohon kamboja di depan rumah. Berlimpah bunganya. Di jam seperti biasa aku menjumpainya di depan pintu.
“Makan yang benar ya, Mas.” “Jangan sakit,” bisikku di telinganya.
Sesak mengatakannya. Basah pandanganku terhalang airmata. Dia, yang kuajak berbicara, tak sedikit pun mengangkat wajah. Tatapannya melayang jauh entah kemana.
“Takbir, Mas. Kita masuk ya.”
Sonia.
Aku tersenyum menatap wajah teduh Sonia. Sebelum beranjak pergi, sekali lagi aku berbisik padanya "Kelak kita tak akan lagi bertemu. Kau harus bahagia, Mas. Harus bahagia dengannya."
Seolah mendengar bisikanku, Damar menggenggam tangan Sonia.
Dan sayup kumandang takbir mengantarku pulang ke rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H