Mohon tunggu...
Find Leilla
Find Leilla Mohon Tunggu... Administrasi - librarian

seperti koinobori yang dihembuskan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Ini, 5 Tahun yang Lalu

7 Juli 2016   13:01 Diperbarui: 8 Juli 2016   13:17 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Nantilah, sayang. Tunggu ayah gajian ya.” Seperti biasa Naning membujuk putranya semata wayang.

“Nggak mau! Maunya sekarang!”

“Eeh, Bima kenapa?” tanyaku saat melihat Bima kecil berlari keluar kamar. “Ning?”

Naning berusaha tersenyum sembari meletakkan baju koko dan mukena yang baru saja disetrika.

“Unjuk rasa.” “Bima mengancam mogok puasa jika tak dibelikan hadiah.”

“Lah, kecil-kecil kok mogok,” ujar ibu nimbrung.

“Sebentar lagi kan lebaran. Bilang Bima, besok aku yang belikan.”

“Hush! Jangan dibiasakan. Bukan perkara ada atau tidak ada uang. Bima hanya harus belajar menahan keinginannya. Tak semua harus dituruti, Mir.”

Tak hanya Naning, ibu juga menatapku kesal. Lagi-lagi aku yang salah. Terlalu memanjakan Bima, selalu begitu dalihnya. Salahkah? Bagaimana jika yang kau manjakan itu adalah seorang bocah yang selalu kau rindukan kedatangannya?  Seorang putera yang tak mungkin bisa kau miliki dari rahimmu sendiri?

“Mir, hari ini ke pasar sendiri ya. Aku harus mengantar barang ke rumah paman. Hmm?”

 Aku mengangguk. “Hati-hati, Mas.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun