Mohon tunggu...
Lnura
Lnura Mohon Tunggu... Guru - Eccedentesiast.

Menulis adalah caraku menyembuhkan rasa rindu padamu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pohoh-Pohon yang Bisu

5 Desember 2021   08:42 Diperbarui: 5 Desember 2021   08:50 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Izinkan aku meminta sedikit saja senyummu. Sedikit saja," pintanya.

Nafasnya sedikit tersengal di antara butiran yang mulai jatuh perlahan.

Ya, lelaki yang menderita. Bukan hanya aku, tetapi dia pun sama.

Setelah senja itu, hadir senja-senja selanjutnya. Hingga tanpa aku sadari, tali kekang sudah menjerat leherku. Aku terkendali oleh candu. Ya, candunya.

-----  

"Aku pergi," sebuah suara memecah keheningan di ruangan megah dengan barisan porselen yang mengkilap.

"Pergilah. Tetapi, setidaknya bawalah bekal yang sudah kusiapkan," jawab suara yang lain.

"Aku tetap menunggumu di rumah sampai kamu bosan berada di luar," lanjutnya.

"Tak usah kamu tunggu. Karena buatmu ada dan tidak adanya aku sama saja," sanggahnya.

"Pergilah. Waktumu begitu berharga untuk sesuatu yang kau anggap berharga dalam hidupmu. Tetapi bukan aku,"

Terdengar pintu tertutup dan beberapa detik kemudian suara anak kunci diputar mengikutinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun