Mohon tunggu...
Lnura
Lnura Mohon Tunggu... Guru - Eccedentesiast.

Menulis adalah caraku menyembuhkan rasa rindu padamu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pohoh-Pohon yang Bisu

5 Desember 2021   08:42 Diperbarui: 5 Desember 2021   08:50 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ya," singkat saja jawabnya. Asap yang mengepul di antara jarinya membentuk samar hatinya.

Matanya melirik pada jemariku. Mungkin dia melihat hatinya masih kuikat di situ.

Kulihat gelisah pada matanya.

"Tak usah merasa bersalah. Aku yang bodoh," kataku memecah kegelisahan yang ada.

"Maafkan aku," ucapnya.

"Aku tak bisa menolaknya waktu itu. Karena budi aku terjebak," lanjutnya.

"Sudahlah. Duniaku tidak memerlukan pembelaanmu. Aku masih menyimpannya karena untukku ini adalah hal yang istimewa," jelasku sembari mengelus sekeping hati yang masih melingkar di jari.

"Masih bisakah aku memilikimu?" tanyanya.

"Hatiku tetap menjadi milikmu meskipun tidak dalam kenyataanya," jawabku.

"Aku sudah melewatkan banyak hal dan rasanya sakit sekali," ucapnya dengan tertunduk.

Sinar keemasan tiba pada netraku. Menyilaukan dalam kehangatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun