Mohon tunggu...
lefrita  devi
lefrita devi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan swasta

Jangan lupa bersyukur dan ucap Alhamdulillah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kepercayaan yang Dusta

12 Januari 2018   06:36 Diperbarui: 14 Januari 2018   09:57 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: www.omensamnurohman.files.wordpress.com

Pada suatu hari hiduplah satu kluarga yang tinggal di pinggir danau. Dia adalah kluarga kecil disebuah desa gambir dan keluarga tersebut memiliki julukan kluarga Loso Sugondho. Loso sugondho adalah nama seorang dalang dari daerah terpencil itu. 

Pak Loso Sugondho terkenal dengan julukan gembluk, sosok lelaki tua yang masih terbalut kental oleh adat kejawen yang masih mengikuti tradisi nenek moyang di daerah tersebut. Pak loso sugondho ini memiliki tiga orang istri dimana yang dua istri meninggalkan beliau. Dari pernikahan istri ke dua pak loso sugondho dikaruniai satu anak laki-laki yang bernama satiran Sughanda. 

Suatu ketika pak Loso Sugondho menikah lagi dengan istri ketiganya dan dikaruniai empat anak yakni Edi sugondho, bayu sugondho, kilat Sughondo, dan melati sugondho. Ketika Pak Loso Sugondho duduk di depan teras rumah tiba-tiba Bayu anak ketiganya menghampirinya dengan tatapan agak takut.

"pak"

"iyo le, ada apa kok menghadap bapak", memandang wajah bayu dengan tegas

"ini pak, kan ini anak-anak bapak sudah dewasa semua. Apakah tidak ada niatan untuk menikahkan kami pak"

"kamu mau menikah?", dengan melihat bayu dengan tatapan serius

"iya pak" ,ucap Bayu dengan membungkuk kearah bawah tanpa berani memandang mata ayahnya

"ada angin apa gerangan minta kawin le"

"saya merasa sudah siap untuk meminang seorang wanita, yang menurut saya dia adalah tambatan hati saya pak, ucap Bayu dengan tegas.

"secepat itukah kau ingin meminang seorang wanita le, hemmmmmm... ya sudah masuk sana biar bapak pikirkan, keinginanmu itu"

Kemudian bayu masuk kedalam rumah, tentunya dengan rasa harap agar dapat restu dari orang tuanya. Akan tetapi semua sepertinya sulit untuk bapak bisa mengijinkan saya untuk menikah. 

Setelah Bayu mengatakan pada bapaknya Bayu tetap memikirkan jawaban apa yang akan di ucapkan bapak padanya nanti. Ketika suatu perasaan sudah menemukan tambatan hatinya, tentu hati sudah tidak bisa berkata-kata apapun. Bayu yang selama ini hanya memendam perasaan akhirnya berani mengungkapkan keinginannya kepada ayahnya. 

Sulit memang bagi Bayu untuk bisa meminang seorang wanita. Karena ayah Bayu sendiri juga selalu melarang segala sesuatu yang diinginkan oleh Bayu, tidak hanya Bayu saja kakak Bayu dan adiknya juga diperlakukah sama. 

Tapi kini bukannya bayu harus diam dengan segala bungkam mulutnya melainkan harus berani bertindak agar apa yang diinginkannya bisa menjadi kenyataaan. Ke esokan harinya bayu dengan berani membawa wanita yang ingin dinikahinya untuk menemui orang tua Bayu, sekaligus memperkenalkan pada keluarga. 

Dengan hati yang sangat sumringah Bayu terlihat bahagia sekali akan kedatangan wanita yang dipilihnya untuk mencadi istrinya itu. Sesampainya di depan teras Bayu melihat ibunya sedang membersihkan beras dari panir yang masih tersisa di beras itu.

"kulonuwon, ibuk" , ucap Bayu dengan wajah sumringah.

"lho anak lanangku, dari mana saja kamu?. Bapakmu tadi seitar jam 08:00 nyariin kamu, katanya disuruh bantu bapakmu angkat barang".

"tadi saya kedesa sebrang menemui seseorang buk".

"siapa ini le, wanita mana ini yang kamu bawa kerumah", ucap Ibu dengan wajah tercengang sekaligus penasaran.

"ini buk sartini, gadis dari desa sebrang buk. Dia anaknya tabib yang biasanya datang kedesa kita untuk membantu masyarakat desa" , ucap bayu dengan tersenyum manis pada Ibuk.

"saya Sartini Buk, anak desa sebrang", dengan menjabat tangan Ibu Bayu.

"ya sudah ajak masuk keadalam, suruh melati buatkan minuman", ucap ibu dengan wajah tersenyum.

"iya buk", saut bayu dengan tersenyum lega.

Mereka berdua masuk kedalam dan tentunya banyak sekali yang mereka perbincangkan. Tidak lama kemudian Sartini menanyakan Pak Loso, sebenarnya Sartini juga ingin bertemu dengan beliau.

"Bapak kemana ya mas dari tadi aku ndak lihat, padahal aku juga ingin bertemu dengan Bapak", ucap Sartini

"Bapak lagi ada panggilan untuk ruwatan, insyaallah kalau Tini kesini lagi aku usahakan bisa bertemu bapak", ucap Bayu dengan memberi pengertian kepada Sartini.

"iya Mas semoga saja bisa bertemu dengan Bapak langsung"

Tidak lama kemudian Ibu Bayu datang menghampiri mereka berdua

"kalian ngobrol apa ini", ucap Ibu kepada Bayu dan Sartini dengan tersenyum manis.

"ini Buk Tini nyari bapak katanya ingin bertemu"

"walah dalah nyariin Bapak?"

"inggeh Buk Sartini ingin bertemu Bapak" ucap sartini menjawab pertanyaan dari ibu bayu

"Bapak masih repot nduk belum bisa ketemu, nanti ku sampaikan ke bapaknya Bayu. Lain kali kesini lagi ya biar bisa bertemu dengan bapak"

"iya buk, nanti kalau kesini lagi semoga bisa bertmu Pak Loso"

" ya sudah ibuk mau kedalam beres-beres dulu, kalian lanjutkan ngobrolnya"

Tetapi sekarang bukan saat yang tepat untuk bertemu Pak Loso, karena Pak Loso sedang ndalang di desa Ngadhi dan kemungkinan baru pulang besok pagi. Kecewa terlihat diwajah Sartini akan tetapi mau bagaimana lagi. 

Tepat pada pukul 13:00 Sartini berpamitan pulang karena sebelum jam 3 sartini harus sudah sampai di rumah kurang lebih seperti itu. Bayu langsung berdiri dan mencari ibunya, karena sartini akan berpamitan pulang. Bayu dan ibunya keluar dari balik tirai sambil berjalan pelan ke ruang tamu dimana Sartini duduk.

"Ibuk sartini pamit pulang dulu", ucap sartini dengan sumringah sekaligus menjabat tangan Ibu Bayu.

            "iya nduk hati-hati, salam ke ibuk bapakmu juga ya", sambil memegang pundak sartini.

            "iya buk nanti saya sampaikan"

"Buk bayu antar Sartini dulu, sekalian bertemu dengan ibuk Bapaknya", tegas bayu dengan nada yang tak sabar untuk segera beranjak dari rumah.

            "iya le hati-hati"

Mereka akhirnya berengkat jedesa sebrang untuk mengantarkan Sartini. Ketika mereka beranjak keluar rumah, dalam jangka beberapa menit tiba-tiba terdengar suara Pak Loso di depan Rumah.

"Buk..... Ibuk .....?" ini ada tamu" ,masuk rumah sambil memanggil-manggil istrinya. "Taruh dimeja saja Pak wayangnya" sahut pak Loso

"meja yang mana ya Pak?"

"yang di pojok sana Mas, dekat rak buku" ,menunjuk meja yang ada disisi kanan tepat berdirinya Pak Loso.

"Bapak kok sudah pulang, bukannya besok pagi bapak pulangnya", sahut Istri Pak Loso keluar dari balik tirai yang menyekat ruang tamu dan ruang dalam.

"ini Buk acaranya memang cuma sebentar. Disana ada masalah dan acaranya terpaksa diberhentikan"

"ada-ada saja Pak, orang kemarin bilangnya disana sudah siap. Ternyata sesampainya disana Bapak disuruh untuk tidak melanjutkan" , merasa kesal dengan orang yang membuat suaminya tidak jadi tampil di acara tersebut.

"namanya juga bukan rejeki Buk, buatkan Bapak kopi Buk. Sekalian orang-orang yang ngantar Bapak kesini tadi"

istri pak loso bergeags membutkan minum dan menyajikannya di ruang tamu. Setelah dibuatkan kopi dan meminum kopi, tidak lama kemudian tamu yang datang bersama Pak Loso pulang karena hari juga semakin larut malam. Pak Loso merasa capek karena perjalanan yang lumayan jauh. Sehingga Pak Loso memutuskan untuk nonton tv bareng bersama anak-anaknya setidaknya rasa capek Pak Loso terobati dengan bisa berkumpul anak-anaknya diruang TV. 

Dengan TV yang lebarnya hanya 20 inci mampu menghibur keheningan malam dan tentunya suasana saat itu tampak harmonis. Ketika semua sedang asik nonton tv, Pak Loso merasa ada yang kurang. Entah insting kedekatan anak kepada bapak sehingga mampu merasakan bahwa tidak hadirnya Bayu diruangan itu.

"Buk Bayu kemana ini!?", dengan wajah sinis tiba-tiba Pak Loso bertanya di dalam keheningan malam

"Bayu mengatar Sartini pulang", ucap Ibu Bayu dengan santai

"sartini?, siapa dia buk?", ucap Pak Loso dengan wajah yang tak mengenakkan

"biarkan Bayu sendiri yang menjelaskan kepada Bapak", tegas Ibu Bayu dengan pergi meninggalkan ruang TV

Dengan bertanya-tanya didalam fikirnya, Pak Loso terus memandangi jam dan menunggu datangnya Bayu. Ketika pukul 19:00 terdengar suara bayu yang mengucapkan dengan lantang.

"pak, buk bayu pulang" , tegas Bayu dengan hati yang sumringah. "Bapak kok sudah pulang", dengan wajah terkejut melihat Bapaknya sudah ada dirumah.

"iya le, orang Bapak tadi ndak jadi tampil. Ada masalah disana tadi, dimana masalah itu yang mengakibatkan Bapak tidak jadi tampil"

"bagaimana bisa terjadi seperti itu Pak?", ucap Bayu memandang Bapaknya dengan merasa prihatin.

"dari mana kamu", sahut Pak Loso dengan menatap wajah Bayu.

"dari desa sebrang pak"

"desa sebrang.......!!!", ucap Pak Loso dengan nada tinggi memperjelas

"sudah Bayu masuk kedalam, bersihkan badanmu lalu istirahat", sahut Ibu Bayu langsung menyela dan akhirnya tidak ada cekcok malam itu.

Dengan wajah memerah Pak Loso sangat marah atas apa yang dilakukan Bayu. Sebenarnya apa yang disembunyikan Bayu dari kedekatannya dengan wanita seberang itu. Pak Loso sangat tidaklah bisa diam hanya ingin marah tapi semua itu terhentikan dengan kedatanga Ibu Bayu yang mencegah percekcokan mulut antara bapak dan anak tersebut.

***

Esok paginya semua suasana sudah mencair tenang dan senyum sumringah dari keluarga pak Loso. Pak Loso masih memikirkan pernikahan yang diinginkan Bayu dua hari yang lalu. Mungkin memang pernikahan dikeluarga pak Losso sangat sakral dan harus benar-benar memperhatikan tradisi yang  sesuai dengan ada instiadat nenek moyang. Jadi harus banyak hal yang harus difikirkan dan dipertimbangkan. 

Pernikahan di keluarga Pak Loso bisa dikatakan sangat rumit dan harus benar-benar memperhatikan aturan yang sudah berlaku serta yang sudah di tetapkan oleh kluarga Pak Loso. Ketika bayu sedang ngobrol dengan kakak-kakaknya dipanggillah bayu untuk bicara empat mata dengan ayahnya.

"sini le, duduk sebentar", ucap Pak Loso dengan menepuk kursi, dengan tujuan mengajak Bayu duduk disampingnya.

"iya pak"

"apakah keinginanmu menikah sudah benar-benar bulat?"

"insyaallah pak, jika bapak berkenan megizinkan Bayu menikah. Bayu akan berusaha untuk membuat bapak yakin akan keputusan bayu", ucap bayu dengan percaya diri bahwa dirinya siap untuk meminang seorang wanita.

"kamu ingin menikahi anak siapa dan dari desa mana dia"

"anaknya tabib diseberang desa kita pak"

"desa sebrang!", tegas Pak Loso dengan ekspresi terkejut mendengar jawaban dari Bayu.

"iya Pak, memang ada apa Pak?", dengan wajah tegas bayu bertanya dan Bayu juga sudah menduga bahwa semua akan menjadi bomerang baginya dengan memilih pilihan ini.

"kenapa kamu melanggar perintah bapak!! Bapak sudah bilang jagan pernah kamu bermain cinta dengan wanita didesa sebrang. Ucap Pak Loso dengan muka memerah, menahan rasa kesal dan terkejut atas jawaban Bayu.

"Bayu tahu Pak, bayu salah. Tapi kenapa Bapak tidak merestui kami", dengan memegang tangan Pak Loso.

"Bapak sudah bilang berkali-kali bahwa tradisi dikluarga kita tidak boleh adanya pernikahaan yang arahnya ngalor(utara) ngulon(barat). Kamu tidak mau mendengarkan kata bapak!"

Tanpa banyak kata Pak Loso langsung pergi dan meninggalkan Bayu di ruang tamu. Tanpa memandang bayu sekalipun, karena menurut pak Loso tradisi adalah suatu keyakinan yang harus dipatuhi dan terus berlaku sampai ke generasi-generasi selanjutnya. 

Bayu hanya bisa pasrah dan tabah karean sudah tau apa yang dilakukannya ini akan berdampak buruk baginya. Pak loso memang sangat mepercayai adat istiadat yang ada sejak beliau kecil. Dulu orang tua Pak Loso juga sangat mempercayai akan tradisi kejawen yang sekarang turun ke   Pak Loso sugandha.  

Pada saat itu juga Bayu dengan bersih kekeh untuk mendapat restu dari orang tuanya. Dengan keyakinan akan cinta Bayu kepada anak tabib didesa sebrang Bayu dengan tegas menghampiri ayahnya lagi.

"Bayu ndak ingin bapak marah" , ucap Bayu sambil duduk simpuh bdisebelah ranjang ayahnya duduk.

"Alasan apa lagi le", dengan membuang muka tanpa melihat Bayu sedikitpun.

"Bayu hanya ingin membuat bapak bahagia dan bangga pada bayu"

"lalu ini semua apa le, kamu saja tidak mendengarkan perkataan bapak", dengan nada terbata-bata

"bayu juga tidak menginginkan hal ini Pak, bayu ingin Bapak segera tahu kalau bayu sudah dewasa dan bisa memilih mana yang terbaik untuk Bayu", ucap Bayu dengan duduk simpuh didepan Bapaknya.

"kamu memang tidak tau diuntung !!! Bapak sudah memperingatkan kamu agar kamu tidak lagi berhubungan dengan anak-anak seberang sana. Jika seperti ini bagaiman tradisi Bapak yang selama ini bapak jaga dengan baik. Sedangkan kamu ingin melakukakn hal yang bapak larang!!", ucap Pak Loso dengan wajah memerah dan juga tubuhnya gemetar menahan emosi atas rasa kecewanya kepada Bayu.

"jika keinginan bapak Bayu harus meninggalkan perempuan itu bayu ihklas pak" , dengan tegas Bayu menjawab

Pak loso terdiam tanpa banyak kata setelah mendapat jawaban dari bayu. Mungkin perkataan bayu bisa di pengang. Dengan memandang wajah Bayu, Pak Loso tersenyum puas karena ketegasan dari Bayu untuk tidak melanggar aturan yang sudah ada pada keluarga tersebut.

"baru itu anak Bapak, kamu harus tegas Le. Ingat jaga tradisi mbahmu yang sudah tiada. Itu adalah bentuk penghormatan kita pada beliau"

"iya Pak, Bayu tahu. Semoga pilihan bayu tepat dan membuat bapak senang dengan keputusan bayu ini", Memandang ayahnya dengan tatapan sinis.

Keesokan harinya Pak Loso merasa bangga dan tidak khawatir lagi akan kondisi dan keadaan Bayu yang mulai mengetahui aturan adat dan istiadat yang selama ini dipertahankan. Bayu meninggalkan Bapaknya untuk bersiap-siap pergi bekerja ke ladang kentang yang ia kelola dengan kakak-kakaknya.

"Bapak, Bayu berangkat kerja dulu"

"iya le, hati-hati dijalan. Pakek saja sepeda kayuh Bapak yang ada dibelakang" , ucap Pak Loso dengan nada merayu.

"ndak usah Pak, bayu jalan kaki saja", ucap Bayu dengan sedikit tidak menggubris perkataan Bapaknya.

Bayu berangkat keladang dengan hati yang tak karuan, penuh dengan kebimbangan dan penyesalan. Pernikahan yang selama ini diinginkan Bayu telah hilang sirna bagai ditelah Bumi semua hilang tanpa ada sepatah katapun dari orang yang dikasihinya. Bungkam dan pergi itulah yang membuat hati Bayu terasa teriris dan sakit. Hari tidak terasa sudah larut malam. 

Semua keluarga Pak Loso berkumpul dan makan dengan tenang. Setelah makan Pak Loso dan keluarga nonton Tv bareng dengan kesederhanaan dan kehangatan di dalamnya. Saat semua keluarga berkumpul tiba-tiba Bayu tidak bisa menahan emosi yang sudah terpendam selama ini. Bayu mengatakan semuanya dan ingin membela orang dicintainya dengan gagah berani bayu  menjelaskan didepan seluruh keluarganya.

"Bapak yang selama ini melarang Bayu untuk tidak menikah dengan wanita seberang sana, Bayu trima pak. Walaupun Bayu harus merelakan wanita itu di nikahi oleh laki-laki lain.

 Tapi apa Bapak tau jika di dalam keluarga kita ada penghianat yang selama ini bapak tidak tahu", ucap Bayu dengan memberontak, meluapkan rasa malu dan kecewa atas apa yang terjadi padanya. 

" Opo maksudmu!!! wong sing pandhueni ahklak becik,ora bakalan nuturi wong tuo koyo nguno iku. Beraninya kowe ngomong sama Bapak seperti itu"

"ini Pak yang namanya sebuah aturan adat jawa yang bapak anut yang katanya bapak junjung tinggi sebuah adat nenek moyang. Sampai-sampai melati dan satiran melakukan hubungan cinta yang terlarang dan selama ini bapak hanya diam saja", dengan marah bayu mengeluarkan amarahnya didepan kakak dan adiknya.

"apa yang Mas katakan tidak benar pak, melati tidak melakukan apa-apa. Mas Bayu yang terlalu berlebihan, rasa sayang kami tidaklah lebih melainkan seorang kakak dan adik", tegas Melati dengan tujuan membela bapaknya.

"lalu siapa yang menghamilimu dek. Laki-laki mana yang menghamilimu", ucap Bayu dengan marah dan memberontak.

"sudah lah mas Bayu jangan marah-marah pada ayah", tegas Melati dengan menahan ras sakit yang selama ini ditanggungnya oleh ibunya. Yang tanpa diketahui oleh saudaranya yang lain.

Seketika istri Pak Loso menghentikan pembicaraan dan mengatakan semua yang terjadi di kluarga ini.

"semua ini adalah kesalah fahaman. Adikmu tidaklah hamil oleh siapapun. Dia hamil karena perjanjian bapakmu dengan sesepuh yang selama ini ia anut dan percayai. 

Bapakmulah yang menyebabkan ini melati hamil, bapakmu yang selalu memperhatikan aturan adat dan istiadat sesepuhnya tanpa memikirkan betapa sulitnya hidup anak-anak melewati ini semua", ucap istri Pak Loso dengan menahan tangis yang tiada hentinya, menahan betapa sakitnya apa yang dia rasakan. Dengan menyembunyikan segala aturan adat istiadat yang selama ini Pak Loso anut.

"apa maksud ini semua Buk" ucap Satiran dengan memegang tangan Ibuknya.

"inilah yang dinamakan aturan adat istiadat  yang dijunjung oleh Bapak Loso Sugondho yang hanya bisa menyiksa keluarganya sendiri!!!!", tegas Bayu dengan bercucuran air mata dan keringat serta kesal yang dirasakannya.

"sudah.,,,,, sudah !!!! , tegas Istri Pak Loso dengan menangis sambil memeluk erat Melati.

"sekarang Bapak Hanya bisa diam dan tak berkata. Inikah yang Bapak namakan sebuah aturan adat istiadat  yang haru dianut. Apakah ini yang membuat Bapak menjadi seseorang yang tidak manusiawi !!!!" , tegas Satiran sebagai kakak tertua

"Tau apa kamu tentang adat istiadat yang selama ini Bapak lakukan?!!!", ucap Pak Loso dengan menarik baju Satiran dengan mata memerah ingin rasanya menerkam mangsa yang sudah ditangkapnya.

"Bapakkk!!!!!!!!!", Ucap Istri Pak Loso dengan menangis terisak isak dengan keringat panas yang menyulur disekujur tubuhnya.

 "bapak memang selalu benar dan memang yang paling benar diatas segalanya. Hingga aku sebagai anak bapak hanya bisa menahan tangis. Sudah pak hentikan ini semua, buat apa jika semua ini menyiksa keluarga kita Pak!!!!", tegas Bayu dengan melihat ayahnya seakan ingin menancapkan sebilah pedang yang sangat tajam pada tubuh ayahnya.

Malam itu suasana yang hening pecah dengan tangisan amarah dan kecewa. Semuanya terasa terhakimi dengan segala keadaan yang memojokkan Pak loso. Semua masalah yang tertutupi selamai ini sudah terbongkar. 

Isak tangis, penyelasan dan rasa tak hormat lagi yang membuat Pak Loso tidak bisa berkata-kata lagi. Perjanjian yang selama ini dijaga yakni "jika mempunyai anak perempuan haruslah disetubuhi tanpa memberitahu keluarga terutama anak laki-laki yang ada di kluarga".Selain itu ada juga aturan yang tidak boleh dilanggar oleh kluarganya yakni yang paling utama tidak boleh menikah ngalor ngulon. 

Itu adalah sebuah garis wali yang memang tidak boleh dilanggar dan dimana memang sudah ada perjanjian oleh para sesepuh yang dulu. Ingat sebuah aturan adat istiadat memang haruslah terjaga dengan baik oleh penerus selanjutnya. Akan tetapi aturan adat istiadat ini janganlah sampai melukai ataupun merebut sebuah kebahagiaan yang ada dalam sebuah kluarga.

selesai

cerita yang disajikan ini hanyalah cerita Fiksi, semoga menghibur dan bermanfaat. 

"dhadio pribadi sing becik, semono ugo bakalan kang ketok apik" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun