Pintu langsung ditutup setelah mereka menghilang.
Tubuh ini langsung gemetar membayangkan berada di atas atap sendirian hingga larut malam. Nggak! Gue masih bisa menelepon Lova agar bisa minta bantuan. Tapi apa dia masih ada di sekolah? Jangan-jangan dia berpikir gue sudah pulang duluan.
Gue langsung melepaskan tas dan mengambil ponsel dari saku depan dengan jantung berdebar kencang. Tangan ini gemetar saat memegangnya. Apes, gue lupa charge hp tadi pagi dan sekarang baterainya tinggal satu garis. Nggak bisa telepon juga karena sudah ada tanda peringatan ponsel akan mati.
Minta tolong sama siapa ini? Kalau kirim pesan apa dibaca dalam waktu cepat? gumam gue dalam hati.
Come on, Ri. Pikirkan satu orang yang bisa menolong lo dalam situasi ini, batin gue lagi.
Mata terpejam sesaat.
"Kalau lo diganggu lagi sama mereka, langsung call gue." Perkataan si Kunyuk melintas seketika di pikiran ini.
Gue langsung mencari kontaknya di grup basket. Tangan mulai nggak focus bergerak memencet tombol hp Blackberry ini. Embusan napas lega meluncur begitu menemukan kontak si Kunyuk.
Langsung saja dikirimkan pesan sebelum ponsel benar-benar mati.
Brandon H: SOS, gue dikurung Chibie di atap.
Akhirnya jari ini berhasil mengetik pesan dengan benar, setelah salah berkali-kali memencet keyboard 'qwerty'. Ponsel langsung mati tepat setelah gue menekan tombol kirim.