BRANDON
Entah apa yang terbesit di pikiran ini ketika Lova, teman satu SMP, datang menemuiku di kelas pagi ini, sehingga aku langsung berlari ke toilet wanita untuk menolong si Kutilangdara. Tak habis pikir juga dengan kenekatan geng Chibie mengunci dan menyiramnya di dalam tempat kloset berada. Kini tubuhnya bergetar ketika aku membawa cewek aneh ini ke atas atap, agar bisa berjemur. Dia pasti kedinginan.
"Buka baju lo sekarang," pintaku membuat mata cokelat terangnya membulat.
Dia tidak berpikiran yang aneh-aneh 'kan? Apa kalian juga berpikir aku akan memanfaatkan kesempatan ini untuk melihat tubuhnya?
"Ngapain suruh buka baju?" Si Kutilangdara menyilangkan kedua tangan di depan dada.
"Lo bisa masuk angin pakai baju basah kayak gitu." Aku mendengkus keras. "Gue sama sekali nggak tertarik lihat lo. Rata semua dari atas sampai bawah."
"Kurang ajar lo! Itu mulut nggak pernah disekolahin ya?" protesnya berteriak kencang.
"Ah, terserah lo deh. Yang masuk angin juga bukan gue," desahku malas.
Aku mengerling sekilas ke arahnya. Bibirnya sudah pucat menandakan si Kutilangdara kedinginan sekarang. Tidak tega juga melihatnya seperti itu. Segera kubentangkan jaket menutupi wajah, agar tidak bisa melihatnya.
"Lo udah kedinginan masih tahan banting nggak mau buka baju. Lo bisa pake jaket gue dulu sampai baju lo kering," saranku kembali melunak.
Menghadapi cewek anak seperti ini, harus pelan-pelan. Itu yang kupelajari selama jalan dengan beberapa siswi yang memiliki sifat beragam.