"Mau ke mana, Rin?" tanya Lova sebelum gue keluar dari kelas.
"Biasa, toilet. Udah kebelet nih," jawab gue menoleh sekilas kepadanya.
"Ikut."
Lova kini bergelayut manja merangkul lengan ini.
"Eh, lo kudu hati-hati sama geng Chibie, Rin. Bahaya tuh mereka. Jangan cari gara-gara deh," nasihat Lova entah keberapa kalinya sejak kemarin.
"Iya, Bawel. Dari kemarin ngomongnya itu mulu ih," cibir gue disambut gelak tawanya.
"Habis ngeri bayangin kalau lo sampai di-bully sama mereka. Nggak ada yang bakal tolongin kalau sampai kejadian."
"Lo juga gitu dong?"
Lova menggeleng cepat sambil menggoyangkan tangannya ke kiri dan kanan, lantas menyelipkan rambut sebahunya di belakang telinga. Dia mendekatkan bibir ke telinga dan berbisik, "Gue memang nggak akan tolongin lo secara langsung, tapi pasti cari bantuan."
"Baik banget sih lo jadi teman."
"Iya dong. Masa gue biarin lo kesusahan." Lova menaik-naikkan alis tebalnya.