Mohon tunggu...
Elisius Udit
Elisius Udit Mohon Tunggu... Guru - Pengejar Waktu

Waktu senantiasa pergi dan tak akan kembali. Lakukan apa yang perlu dilakukan hari ini. Besok mempunyai urusannya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

17 April 2023   00:46 Diperbarui: 17 April 2023   00:56 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Elisius Udit

SMK Stella Maris Labuan Bajo

Calon Guru Penggerak Angkatan 7

Manggarai Barat

Salam dan Bahagia.

Salam jumpa lagi. Pada kesempatan ini saya coba membagikan beberapa hal berkaitan dengan pembelajaran Materi Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajiakn Sebagai Pemimpin. Saya coba mengulas materi ini berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penuntun yang sudah ada.

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka Ki Hadjar Dewantara merupakan asas pendidikan Indonesia dengan semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani yang berarti "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Itu berarti seorang guru dalam proses pendidikan hadir sebagai seorang pemimpin dengan peserta didik sebagai pusat dari seluruh proses yang dilaksanakan. 

Sebagai pemimpin, seorang guru harus selalu menyadari bahwa peserta didik adalah pusat dari seluruh proses pendidikan karena itu keputusan yang diambil berkaitan dengan proses pendidikan harus berpihak kepada mereka. Artinya kepentingan dan kebutuhan peserta didiklah yang menjadi fokus utama seorang pemimpin dalam mengambil keputusan.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap manusia memiliki nilai-nilai yang menjadi pegangannya dan nilai-nilai itu menjiwai seluruh dirinya dalam berkata dan bertindak dalam perjumpaannya dengan orang lain. Nilai-nilai itu sangat diyakaninya sebagai kompas yang membawa dia pada kebahagiaan dan keselamatan. Nilai-nilai itu dipercayai sebagai yang terbaik tentunya dengan berpatokan pada nilai-nilai yang universal dimana semua orang mengakui nilai-nilai itu baik dan benar. Seorang pemimpin selalu dihadapkan dengan sebuah kenyataan yakni mengambil sebuah keputusan. 

Saya sangat yakin bahwa seorang pemimpin dalam proses pengambilan keputusan selalu berangkat dari prinsip nilai yang sudah terintegrasi dalam dirinya. Bahwasannya apa yang menurutnya baik dan bernilai dan nilai yang terkandung dalamnya diterima oleh kebanyakan orang itulah yang menjadi prioritasnya. Artinya keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin selalu berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal yang sudah terintegrasi di dalam dirinya.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Kegiatan coaching merupakan langkah yang sangat baik dalam membantu seseorang mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa coaching sangat membantu seseorang yang sedang dalam kondisi bermasalah atau bingung dengan dirinya atau apa yang harus dilakukan untuk menemukan jalan keluar terbaik atas persoalan atau kebingungannya. 

Dalam coaching ini, seorang coach membantu coachee untuk secara mandiri menemukan dan memutuskan jalan keluar atas persoalannya atau kebingungannya. Artinya coaching sangat membantu seseorang memutuskan apa yang harus dilakukannya atas persoalannya atau atas kebingungannya. Tentunya dengan coaching, sebelum seseorang memutuskan sesuatu selalu ada ruang untuk melihat dan menguji kekeliruan dan dampak buruk dari sebuah keputusan.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Guru adalah seorang pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran seorang guru akan selalu mengambil keputusan berkaitan dengan tugasnya. Untuk dapat mengambil keputusan yang bijaksana, seorang pemimpin juga harus memiliki keterampilan sosial emosional selain memiliki pengetahuan dan hal-hal yang lainnya. Keterampilan sosial emosional sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan khususnya masalah dilema etika. 

Seseorang pemimpin yang menyadari dan mampu mengelola aspek social dan emosionalnya akan mampu membuat keputusan saat mengahadapi masalah dilemma etika. Seorang pemimpin saat menghadapi malasah dilema etika dan ketika hendak membuat keputusan kepadanya dituntut kesadaran sosial emosional. Pada kondisi ini seorang pemimpin harus memiliki kesadaran diri agar dia menyadari siapa dirinya dan apa saja nilai yang dihayatinya dan nilai itu sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal agar dalam mengambil keputusan dia tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan universal tersebut. Seorang pengambil keputusan juga harus memiliki managemn diri yang baik agar mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat, bukan bertele-tele dan tidak tepat sasaran.

Seorang pengambil keputusan juga harus memiliki kesadaran sosial. Hal ini bertujuan agar keputusan yang diambilnya didasarkan rasa kepeduliannya (Care-Based Thingking). Bukan hanya berdasarkan cara berpikir hasil akhir (Ends-Based Thingking)  atau karena aturan (Rule-Based Thingkin) saja. Selain itu, untuk menyadarkan seorang pengambil keputusan bagaimana kalau keputusan serupa diberlakukan kepadanya. Seorang pengambil keputusan juga harus memiliki keterampilan berelasi agar dia tidak bergelut sendiri dengan persoalannya dan mengambil keputusan sendiri, tetapi dia mamu berkomunikasi, berdiskusi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak agar keputusan yang betul-betul bijaksana karena dipikirkan dan diselesiakan oleh banyak orang. Dan yang terakhir, seorang pengambil keputusan harus mampu mengambil keputusan yang bertanggungjawab. Seorang pengambil keputusan adalah penanggungjawab utama atas keputusan yang diambil. Karena itu, sebelum keputusan difinalkan perlu dibuat pengujian atau melihat konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari keputusan yang diambil.  

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Ada tiga dasar pengambilan keputusan yakni berpihak kepada peserta didik, nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggungjawab. Keputusan yang berpihak dan mengutamakan kepentingan peserta didik dapat tercipta dari tangan pendidik yang memegang nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggungjawab. Keputusan yang diambil dengan menjadikan ketiga hal itu menjadi dasarnya mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang memegang teguh nilai-nilai kebajikan universal mampu melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang  sehingga dapat membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan mampu memilahnya karena dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya. 

Nilai-nilai kebijakan universal yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggungjawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada peserta didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan mampu meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Keputusan yang tepat adalah keputusan yang mengayomi sebagian besar kepentingan dari seluruh anggota komunitas. Selain itu, keputusan yang tepat adalah keputusan yang tidak berpihak pada orang atau kelompok tertentu dan dampak buruk dari keputusan itu sangat kecil atau bahkan tidak ada. Keputusan yang tepat juga selalu mengedepankan nilai-nilai universal dan dapat dipertanggungjawabkan. Pada konteks satuan pendidikan, sebuah keputusan akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman apabila keputusan itu memenuhi tida dasar utama yakni berpihak pada peserta didik, mengandung nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Itulah keputusan yang bijaksana. Keputusan yang bijaksana bisanya akan mengobarkan api kegembiraan, keceriaanya yang memungkinkan terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Kemampuan para pengambil keputusan di sekolah yang tepat tentunya berdampak positif di lingkungan sekolah yang merupakan bekal peserta didik  dalam menghadapi kehidupan nyata dalam bermasyarakat.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Sebuah pepatah mengatakan hidup adalah perjuangan. Jika hidup adalah perjuangan maka dalam kehidupan itu pasti ada tantangan. Lalu apakah tantangan itu harus dihindari? Tantangan ada dalam hidup bukan untuk dihindari, tetapi harus digauli. Sebab tantangan itu hanya menguji kita apakah kita mampu melangkah atau tidak, apakah kita mau melangkah sendiri ataukah kita harus menggandeng orang lain dalam perjalanan kita. Demikian juga dalam proses pengambilan keptusan terhadap persoalan-persoalan dilemma etika. Tantangan itu pasti ada. Apalagi pada lingkungan yang memiliki pardigma yang hanya melihat dirinya sebagai sesuatu yang benar di semesta ini. Pengambilan keputusan yang bijaksana sekalipun pasti mendapat tantangan dalam kondisi lingkungan yang sudah tidak berpegang pada nilai-nilai kebajikan. Karena itu, bagaimana pun kondisinya seorang pemimpin harus tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kebajikan universal dalam mengambil sebuah keputusan. Sebuah keputusan memang tidak bisa menyenangkan semua pihak, tetapi harus menyeimbangkan semua kepentingan. Dan persis inilah hal yang paling sulit dilakukan. Tetapi dengan coba mengubah cara pandang anggota komunitas melalui penyadaran dan pembelajaran sosial emosional paling tidak hal ini dapat diminimalisir.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang diambil tentu sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek termasuk pada pembelajaran yang memerdekakan murid. Tentunya penagruh tersebut ada yang positif da nada yang negative. Tergantung pada keputusannya. Keputusan yang diambil berdasarkan tiga hal yakni berpihak pada peserta didik, mengandung nilai-nilai kebajikan dan bertanggung jawab pastnya akan berdampak baik bagi peserta didik karena mereka menjadi pusat dari keputusannya. Apalagi dalam proses pengambilan keputusan itu diproses melalui sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan pastinya sangat berdampak baik bagi peserta didik. Berkaitan dengan pengambilan keputusan yang tepat untuk proses pembelajaran dengan potensi peserta didik yng berbeda dalam konteks ini seorang guru perlu melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi yakni pembelajaran yang disusun atau direncanakan dengan senagaja demi memenuhi kebutuhan belajar peserta didik yang berbeda-beda. Kebutuhan belajar peserta didik itu berbeda-beda setiap orang dan kita dapat melihatnya dalam hal kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar. Agar seorang guru bisa mengetahui kebutuhan belajarnya maka seorang guru harus membuat survey kecil atau tes kemampuan awal. Berdasarkan kebutuhan belajar itu, seorang guru melaksanakan proses pembelajaran berdiferensiasi. Ada tiga hal yang dilakukan atau disiapkan secara berbeda disini yakni diferensiasi konten, diferensisi proses dan diferensiasi produk. Hal utama yang ditekankan dalam point ini tadi bahwa sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus mengambil keputusan betul-betul berpusat pada peserta didik. Apalagi dalam proses pembelajaran, guru harus menuntun dan menjawabi kebutuhan peserta didik agar kebutuhan dan keinginan peserta didiklah menjadi perhatian utama yang harus dipenuhi oleh guru, bukan kebutuhan dan keinginan pribadinya.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran adalah seorang penuntun peserta didik agar bertumbuh dan berkembang sesuai kodratnya masing-masing demi keselamatan dan kebahagiaannya. Karena itu, sebagai pemimpin pembelajaran guru harus mengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid. Jika seorang pemimpin pembelajaran mengambil keputusan yang memerdekakan dan berpusat pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif, komunikatid dan kolaboratif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Hal ini akan membuat mereka bertumbuh dan berkembang dan di masa depan mereka akan tampil menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi dirinya sendiri dan juga orang lain, Pengambilan keputusan yang baik oleh guru saat ini ibarat menjadi sebuah pisau yang pada satu sisinya bila digunakan dengan bijak akan mengupas mereka dan membuat mereka menjadi suskses. Sebaliknya bila seorang pemimpin pembelajaran mengambil keputusan yang kurang baik, bisa berdampak buruk bagi para muridnya di masa depan. Keputusan yang baik dan bijaksana adalah keputusan yang berpihak pada murid dengan selalu melihat kebutuhan belajarnya.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Sampai pada titik ini saya boleh mengambil kesimpulan tentang modul ini bila dikaitkan dengan modul yang lain bahwa:

1. Seorang guru adalah pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran guru harus memiliki kompetensi dan keterampilan untuk dapat mengambil keptusan sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Guru adalah seorang penuntun peserta didik menuju pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kodratnya untuk memperoleh kebahagiaan dan keselamatan. Maka pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpusat pada peserta didik sangat dibutuhkan di sini agar terwujdunya merdeka belajar.

2. Seorang guru mengambil keputusan harus selalu berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal dan budaya positif. Dan dalam konteks ini proses pengambilan keputusan perlu menggunakan alur BAGJA demi terciptanya keputusan yang mampu melahirkan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bagi semua pihak.

3. Untuk dapat mengambil keputusan yang mampu menyeimbangkan semua kepentingan dibutuhkan Keterampulan Sosial dan Emosional. Keputusan yang kita ambil bukan hanya berlaku untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Untuk itu, perlu kesadaran akan diri sendiri dan orang lain terutama akan dampak dari keputusan yang diambil.

4. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru menuntun peserta didik untuk bertumbuh menjadi manusia pacasilais atau menjadi pelajar pancasila. Ada banyak dilemma etika dan bujukan moral dalam proses ini sehingga perlu paduan Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar keputusan itu sungguh-sungguh bijaksana dan dapat menghantar peserta didik bertumbuh menjadi pelajar pancasila.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

1. Dilemma etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan tersebut secara moral benar tetapi bertentangan. Pada dilema etika semua pilihan pada prinsipnya benar, namun saling bertentangan.

2. Bujukan moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah. Pada bujukan moral ada satu plihannya benar, dan pilihan yang lainnya salah. Di sini pilihannya benar dan salah.

3. Empat paradigm pengambilan keputusan:

a. Individu lawan kelompok (individual vs community)

Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu lawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Paradigma ini, bisa juga berhubungan dengan konflik antara kepentingan pribadi lawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil lawan kelompok besar.

Dilema individu melawan kelompok adalah tentang bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil, dan apa yang benar untuk kelompok yang lebih besar.

b. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Dalam paradigma ini,   pilihannya adalah antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Kita bisa memilih untuk berlaku adil dengan memperlakukan hal yang sama bagi semua orang,  atau membuat pengecualian dengan alasan  kemurahan hati dan kasih sayang.

c. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita harus memilih antara jujur atau setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita akan menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu,   atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.

d. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Paradigma ini  menuntut kita untuk memilih kebutuhan jangkan pendek atau jangka panjang. Seringkali kita harus memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi pada hal-hal yang setiap harinya terjadi pada kita, atau pada lingkup yang lebih luas misalnya pada isu-isu dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dan lain lain.

4. Tiga Prinsip Pengambilan Keputusan:

a. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Pada prinsip ini, seorang pemimpin mengambil keputusan hanya mementingkan hasil akhirnya saja. Aspek-aspek lainnya tidak dilihat bahkan diamabaikan.

b. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Pada prinsip ini, seorang pemimpin mengambil keputusan berpatokan pada peraturan yang telah dibuat. Peraturan dilihat sebagai nilai tertinggi yang tidak bisa dilawan atau diganggu.

c. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Pada prinsip ini, seorang pemimpin mengambil keputusan dengan mengedepankan rasa peduli. Kasih sayang dan kepedulian menjadi dasar utama pengambilan keputusan. Pemimpin mengambil keputusan dengan coba menempatkan dirinya pada posisi orang lain yang menerima keputusan tersebut.

5. Sembilan Langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan:

a. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

b. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

c. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

d. Pengujian Benar Salah

1) Uji Legal

2) Uji Regulasi/Standar Profesional

3) Uji Intuisi

4) Uji Publikasi

5) Uji Panutan/Idola

e. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

f. Melakukan Prinsip Resolusi

g. Investigasi Opsi Trilema

h. Buat Keputusan

i. Lihat Lagi Keputusan dan Refleksikan

Saya merasa bahwa apa yang dijelaskan dalam poin ini sesungguhnya sudah dijalankan di sekolah hanya namanya yang baru.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya sudah pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi dilemma etika. Sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan penerapan yang dilakukan di sekolah. Mungkin hanya nama dari langkah-langkah itu yang baru, tetapi sebagian besar langkahnya sudah sama.

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Pembelajaran pada modul ini sangat berdampak pada pemahaman saya soal pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran khususnya berkaitan tiga dasar yakni berpusat pada peserta didik, mengandung nilai kebajikan dan bertanggungjawab. Khusus dasar yang pertama yakni berpusat pada peserta didik, ini yang perlu saya garisabahwai dan akan harus selalu diperhatikan dalam proses pengambilan keputusan di sekolah. Karena terkadang hal ini diabaikan saja dengan berbagai argumentasi yang dibenarkan.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai seorang pemimpin, saya menyadari modul ini sangat penting untuk saya pelajari dan dalam agar dalam pelaksanaan tugas saya dapat mengambil keputusan yang baik dan bijaksana bukan untuk disenangi banyak orang tetapi demi kebaikan semakin banyak dan semakin besar orang. Karena seorang pemimpin dipanggil untuk melayani orang lain, bukan dirinya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun