Mohon tunggu...
Aini Lutfiyah
Aini Lutfiyah Mohon Tunggu... lainnya -

Less is More

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pernikahan Gerhana (4)

27 April 2012   10:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:02 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Kamu mengatakan bahwa kamu mencintai Sam. Kamu telah mengenalnya. Bagaimana mungkin mulutmu mengatakan itu tentang keluarga Sam ? Mengapa kamu tidak menganggap bahwa mereka adalah juga calon keluargamu yang pasti akan care dengan masalahmu, Janet ?" Suaraku agak meninggi. Janet tersentak dengan ucapanku. Ia mendadak mematung sambil matanya mengalirkan air mata dengan deras. Aku tidak kuasa melihatnya. Aku hampiri Janet. Aku peluk dia.

"Maafkan aku..." Kataku perlahan.

"Marie, keluarganya jauh di awang-awang sana. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan." Bergetar bibir Janet mengucapkan kalimat itu.

" Mudah-mudahan kita segera menemukan jalan keluarnya...." Aku tepuk perlahan pundak Janet.

BAB VIII

MARIE DARI LANZONES

Nenek Pome memang pernah menanyakan tentang mengapa saya berada di Desa Wacola dan sampai berapa lama. Saya jawab bahwa saya memang ingin menikmati suasana berlibur apalagi dari buku-buku yang saya baca desa Wacola sangat indah. Selain itu saya juga memiliki kegemaran menulis, jadi sekalian akan saya jadikan bahan-bahan untuk tulisan saya.Ternyata Nenek Pome menyukai jawaban saya, buktinya esok paginya Ia membuatkan saya waffle yang sangat enak. Agar kamu kerasan di sini katanya (terima kasih).

Pada malam pekan ke 2 saya di Desa Wacola, hall desa benar-benar terang benderang. Para pemuda telah menyiapkan obor-obor untuk menerangi perjalanan yang akan kami lakukan. Pada malam itulah pertama kali saya melihat sosok laki-laki keturunan suku Veno. Ia bernama Hugo dan istrinya bernama Joana. Mata Hugo sempat menatap ke arah aku dan Janet yang berada tidak jauh dari Sam. Ia juga sempat menarik nafas dalam sekejap  ketika menatap Sam. Apakah ia telah merasakan adanya sesuatu antara Janet dan Sam ? Oh, mudah-mudahan itu hanya perasaanku saja.

Pesta di bendungan desa benar-benar luar biasa. Permukaan air sungai tampak berkilau diterpa sinar bulan dan juga dari lampu-lampu dan obor. Ada yang aneh menurut saya di pesta ini. Di pesta ini kami yaitu Janet dan aku berada bersama warga desa lain sementara Sam berada di kursi yang telah disediakan di dekat panggung sana bersama dengan beberapa undangan.kami berbeda. Ada yang aneh menurutku, bukankah Janet telah menerima perhiasan tanda ia telah diikat oleh Hugo tapi mengapa Ia masih berstatus sama dengan warga lain ? Ketika itu aku tanyakan pada Janet Ia hanya menjawab sederhana, yaitu bahwa pernikahan itu bukan keinginan Hugo tapi permainan Joana. Hmmm, permainan....Permainan apakah ? Dan jika Janet mengetahui bahwa itu hanyalah permainan mengapa Janet bersedia ? Namun Janet sepertinya tidak mau berlarut-larut memikirkan pertanyaanku tadi. Ia asyik menari di tengah arena sana dengan pasangan berbeda-beda.

Malam makin larut. Hugo naik ke atas panggung dan berbicara untuk semua yang hadir disitu.

"Jangan sia-siakan malam yang meriah ini. Menarilah. Nikmati yang ada, sampai besok matahari terbit. Kita akan terus berpesta disini. Sungai Momosa inilah pemberi kesuburan desa Wacola ini dan akan tetap seperti itu. Terima kasih kepada seluruh warga yang telah bekerja keras membangun bendungan sungai ini. Ini adalah malam peresmiannya. Oleh karena itu ini adalah pesta kita semua."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun