Sesampainya di kontrakan yang berantakan, awalnya Jek ingin langsung memeluk mencium dan meremas payudara Ayi. Tapi ternyata Ayi sangat kelelahan. Ayi langsung merebahkan diri ke kasur dan menutup mata. Melihat itu, fantasi liar Jek tiba-tiba menguap begitu saja. Gairahnya tiba-tiba hilang. Tadi waktu jalan dan merangkul pinggangnya Jek merasa badan Ayi panas. Ayi sudah tertidur ketika Jek menempelkan tangan di keningnya. Demam.
Jek memutuskan pergi lagi. Dia harus cari obat dan cari baju hangat untuk Ayi. Sambil menyalakan rokok Jek berjalan ke arah pasar dan bingung sendiri. Apa yang sedang dia lakukan?
***
Esok harinya Jek narik seharian penuh. Jek menitipkan Ayi di Mak. Sesaat sebelum Jek pamit narik, Mak bilang bahwa dia tidak suka dengan Ayi. Jek hanya tertawa. Mak tidak pernah suka siapa pun. Tapi Mak pasti akan menjaga Ayi walaupun dengan judes dan sinis. Bagaimanapun Mak sudah menganggap Jek anak sendiri.
Bang Ali, bapaknya Jek adalah kawan baik alamarhum suami Mak, Bang roy. Bang Ali dan Bang Roy dulu paling ditakuti di terminal sampai mereka berdua mati di tangan penembak misterius tahun delapan puluhan. Jek tinggal sendiri karena ibunya mati sejak dia kecil. Mak juga tinggal sendiri karena tidak punya anak dengan Bang Roy, Sejak itu Mak menganggap Jek anaknya sendiri. Tapi Jek kurang suka. Mak keras dan suka sok tahu, bahkan kadang sol pahlawan. Tapi toh tetap pada akhirnya Jek selalu kembali pada Mak bila kena masalah. Seperti waktu Jek ditangkap karena tawuran, atau waktu babak belur dihajar preman kampung sebelah. Mak ada di situ untuk Jek.
Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya. Pikiran Jek tidak tenang. Ada wanita muda tidak jelas asal usulnya berkeliaran di benak Jek. Ada sesuatu yang aneh, tapi Jek tidak bisa menjelaskan apa. Selesai narik, Jek menjemput Ayi di tempat Mak. Badan Ayi sudah tidak demam dan parasnya lebih segar dibanding kemarin. Ayi terlihat cantik. Perasaan Jek tidak menentu.
Malam itu Jek tidur di sampaing Ayi dan tidurnya sama sekali tidak tenang Jantungnya berdetak lebih cepat ketika tangannya bersentuhan. Jek menyerah pada naluri. Lalu dia memeluk badan Ayi. Lalu dia meraba. Lalu dia meremas. Lalu dia mencium. Ayi diam. Nafas mereka berdua terengah. Jek bangkit mematikan lampu.
Malam tiba-tiba terasa panjang. Keheningan yang melelahkan dan begitu meluap-luap. Ada emosi yang tidak bisa dijelaskan menyeruak di dada Jek. Rasanya berbeda. Tidak seperti lonte-lonte lain. Seperti menemukan yang sudah lama hilang.
“Kamu lagi hamil?”
“Tahu dari mana?”
“Keras,” Jek menyentuh pelan dada Ayi.