Hanya kau seorang (Sammy Simorangkir-Kaulah Segalanya).
** Â Â
Lekat dia tatap sosok di atas ranjang itu. Wajah tampan. Mata sipit yang selalu dirindukan. Punggung putih. Leher mulus. Dada bidang. Perut rata. Rambut ikal. Dalam keadaan sakit, Ayah Calvin tetaplah rupawan.
"Sayangku..." lirih Ayah Calvin.
"Iya, Ayah?"
"Kenapa kamu belum berangkat sekolah?"
Mata Jose mengerjap. Dokter sudah mengatakannya semalam. Cedera fisik dapat diobati, tetapi tidak dengan cedera batin. Peristiwa penusukan membuat Ayah Calvin terguncang. Pukulan shock itu melemahkan ingatan dan daya nalarnya.
"Nanti, Ayah. Aku mau temenin Ayah dulu sebelum ke sekolah," jawab Jose, memutuskan mengikuti alur di otak ayahnya.
Suster datang mengantarkan nampan sarapan dan koran pagi. Jose tahu pasti kalau sampai sekarang Ayah Calvin lebih suka membaca koran cetak ketimbang berita daring. Anehnya, kening Ayah Calvin berkerut bingung begitu menerima koran itu. Dibuka-bukanya sekilas. Kedua matanya nampak tak fokus.
"Ayah, kenapa? Biasanya Ayah nggak pernah lupa baca koran pa..."
"Gambarnya bagus. Banyak warnanya." Ayah Calvin menyela, menunjuk halaman berisi iklan.