Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayah Calvin Wan, "A Man With The Golden Heart"

27 Mei 2020   06:00 Diperbarui: 27 Mei 2020   06:09 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prang! Brak! Gedubrak!

Suara apa itu? Tergopoh Calvin keluar dari kamarnya. Di ruang tamu, ia terperangah melihat stoples-stoples kue yang telah disusun rapi jatuh berantakan. Gadis cantik berambut panjang berlutut di antara gunungan stoples plastik.

“Ayah, maaf. Tadi Silvi mau ambil kue sagu keju. Taunya stoplesnya jatuh semua,” ujar gadis kecil sembilan tahun itu penuh rasa bersalah.

Calvin tersenyum sabar. Tanpa bicara, dia memungut dan menyusun kembali stoples kue di meja tamu. Lembut tangannya menuntun Silvi ke stoples kue yang ingin dicicipinya.

“Terima kasih, Ayah.”

“Sama-sama, Sayang.”

Suara bass dari tenggorokannya masih terdengar sedikit serak. Efek jatuh sakit selama berminggu-minggu masih terasa. Silvi membuka tutup stoples, mengambil beberapa potong kue kering, lalu meletakkan dua di antaranya ke telapak tangan Calvin.

“Ayah masih sakit ya?” tanyanya halus.

“Nggak, Sayang. Ayah sehat.” Calvin berkata menenteramkan. Satu tangannya yang lain mengelus helaian indah milik Silvi.

Keduanya duduk bersisian di sofa busa. Makan kue ditemani temaram cahaya dari dua batang lampu yang terpasang di ruang tamu. Kue-kue yang tersusun cantik ini semuanya buatan Calvin. Ayah satu anak itu menyisihkan waktu seminggu sebelum hari raya untuk membuatnya. Walau pembuatnya sendiri tak begitu suka, walau dirinya pribadi lebih memilih kue keranjang tenimbang kue kering, toh ia buatkan juga demi Silvi.

“Kue-kuenya enak, Ayah. Aku suka,” puji Silvi, mengangkat kedua ibu jarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun