Dituntun intuisi, Silvi terbangun. Ia kaget mendapati Ayahnya berdarah.
"Ayah...Ayah!" Silvi terisak. Walau siang tadi makian terlontar untuk sang ayah, hati Silvi galau luar biasa.
"Tidak apa-apa, Sayangku. Tidak apa-apa."
Suara lembut itu, rengkuhan hangat itu, menyamankan Silvi. Air mata meluncur turun, terjun bebas membasahi pipi. Calvin mengusap lembut kesedihan yang mengkristal di pelupuk mata anak perempuannya.
"Ayah sakit," desah Silvi.
"Ayah tidak akan meninggalkan Silvi. Apa pun yang terjadi."
Calvin tak tahu, sungguh tak pernah tahu takdir apa yang menunggunya di masa depan. Meski diliputi ketidakpastian, Calvin mencintai Silvi selamanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI