Adica menggigit bibir. Wajah tampannya bersalut kecewa. Penolakan Silvi akan kehadiran seorang ibu memupus harapan. Putri kecil bergaun putih ini separuh jiwanya. Mana mungkin dia menentang keinginan Silvi?
** Â Â
Calvin menutup pintu utama. Menaiki tangga pualam. Kata-kata dokter penyakit dalam terus terngiang.
Stadium 3A.
Stadium 3A.
Stadium 3A.
Sudah separah itukah?
Tiga malam berturut-turut ia bermimpi. Mimpi buruk tentang suaranya yang hilang. Apa jadinya bila seorang Calvin Wan yang pernah menghabiskan lima tahun masa remaja sebagai pewara, akan kehilangan suara?
Embusan pendingin udara menyambutnya setiba di kamar. Perlahan ia lepas jas dan dasinya. Diraihnya pakaian ganti. Pintu kamar mandi pribadi dia geser. Tak lupa sebelumnya ia mengubah kaca pembatas kamar mandi dalam mode buram.
Air hangat. Busa sabun. Permukaan putih bathtub. Tiga entitas itu sedikit meredakan gemuruh kecemasan dalam pikirannya. Pria oriental bermata sipit yang masih seksi itu terlarut dalam renungan.Â
Keputusannya untuk menjadi komisaris utama di perusahaan sudah benar. Biarlah kembarannya saja yang memegang posisi direktur utama. Silvilah yang menyita perhatian.Â