Iblis. di dalam dada ini
Trus mengusik keyakinanku
Ku bertanya apakah aku bisa
Memiliki hatinya (D’masiv-Dilema).
**
Lima batang lampu taman menyala serempak. Halaman mansion bermandi kerlipan cahaya. Silvi mengucek-ucek matanya. Ini halaman rumah atau stadion ya? Luas sekali. Kelak kalau sudah sembuh, ia akan bersepeda mengitari halaman.
Sebuah carport berpayung fiber bening terbentang. Menampakkan dua mobil mulus mengilap. Teras seluas 5x3 dilengkapi seperangkat sofa empuk dan coffee table. Seluruh bangunan rumah bercat putih. Cahaya lembut lelampu taman membuat pendar putih warna indah melingkupi keseluruhan bangunan rumah. Cantik sekali. Bahkan, air mancur yang menari riang disepuh warna putih.
“Wow, rumah Ayah bagus banget.” Silvi mendesah kagum.
“Ini rumah Silvi juga, Sayang.” Ralat Ayah Calvin.
Bunda Manda berdecak tak sabar. Sebelum mulutnya membombardir Ayah Calvin dengan peluru protes, pintu ganda di ujung teras mengayun terbuka. Memperlihatkan kilasan ruang tamu seluas ballroom Pelangi di Mercure Hotel, Ancol. Dua asisten rumah tangga membungkuk hormat.
“Selamat malam Tuan, Nyonya, Nona...” sapa mereka berirama seperti paduan suara.