"T-tinggalkan? No way! Pelangganku bisa kabur semua."
"Nanti kuganti semua makanan yang harus kauselesaikan."
Enak saja. Inilah yang dibencinya dari Ayah Calvin. Pria itu bermain simple dengan keleluasaan uangnya. Ia pikir, banyak urusan kecil dapat dituntaskan dengan uang. Bagi Bunda Manda, kepercayaan customer adalah harga mati.
"Aku akan marah sekali padamu kalau sampai konsumen kehilangan kepercayaan," ancam Bunda Manda.
Kedua alis Ayah Calvin terangkat. "Oh, harusnya aku yang marah padamu, Dear."
Rupanya pria ini tak hanya tampan. Dia pun pandai memutarbalikkan kata-kata. Bunda Manda mulai geram. Waktu kian menipis dan pesanan kateringnya belum beres satu pun.
"Come on, aku tidak punya banyak waktu."
"Aku juga. Setelah ini aku harus mengurus kepindahan Silvi. Tapi sebelum itu, aku harus menghukum istriku."
Mendengar itu, Bunda Manda terbeliak seolah baru saja melihat Acromantula. Mengurus kepindahan Silvi? Apakah suami dan anaknya telah menyepakati sesuatu tanpa sepengetahuannya?
** Â Â
Dan...di sinilah mereka kini. Ayah Calvin membuka pintu kaca private room sebuah restoran mewah. Hembusan air conditioner menggigiti tungkai dan lengan. Bunda Manda nampak cantik dalam balutan dress merah marun tanpa lengan. Baju yang dikenakan plus dinginnya suhu ruangan membuat lengannya beku.