Ingatan Bunda Manda melayang ke masa krisis dua tahun lalu. Saat itu, pertumbuhan ekonomi melambat. Orang-orang yang biasa memesan katering lebih suka memasak sendiri. Alhasil dering telepon bukanlah penanda mengalirnya kran rezeki. Melainkan dari para ibu yang meminta resep. Ikhlas Bunda Manda membagikan resep makanan pada ibu-ibu sepantarannya. Walau hati sempat cemas juga ka...
"Manda..."
Di ujung kesabarannya, Bunda Manda mengelus dada. Tubuh tinggi sang suami menghalangi pintu. Otomatis ia tak bisa masuk ke daerah jajahannya.
"Minggir, Calvin. Aku mau masak." Bunda Manda berkata tak sabar.
"Bagaimana kalau aku tak mengizinkan?"
"Memangnya kamu siapa?"
"Aku? Suamimu."
Detik itu juga, kedua lengan Ayah Calvin melingkari pinggang Bunda Manda. Mengunci wanita itu dalam pelukan posesif. Bunda Manda tak bisa bergerak. Ayah Calvin di dekatnya, tembok di belakangnya.
"Calvin, sudahlah. Jangan mempersulitku. Pesanan katering banyak sekali..." Bunda Manda memohon. Runtuh sudah tembok gengsinya. Dia memohon-mohon pada pria yang telah meninggalkannya selama tujuh tahun.
Ayah Calvin tersenyum puas. Jenis senyuman yang sangat out of character dari sosok Calvin Wan. Bulu-bulu halus di tengkuk Bunda Manda berdiri. Mungkinkah suaminya telah berubah seiring bergulirnya waktu?
"Tinggalkan." Perintah Ayah Calvin tegas.