"Manda, aku mencintaimu."
"Apa?" teriak Bunda Manda, pura-pura tak mendengar.
"Aku mencintaimu."
Gerungan blender mengeras. Mengerjai Ayah Calvin boleh juga.
"Apa? Aku tidak dengar. Bicaralah yang jelas, Calvin."
"Amanda Zita Tedjokusumo, aku mencintaimu!"
Suara bass itu naik beberapa oktaf menjadi teriakan. Bunda Manda terperangah. Ini di luar kebiasaan Ayah Calvin. Ia nyaris tak pernah berbicara keras.
Bak! Buk! Bak! Buk!
Bunyi aneh apa itu? Datangnya dari kamar Silvi. Lupakan sejenak orderan katering. Persetan dengan daging panggang. Tergesa Bunda Manda dan Ayah Calvin berlari ke arah kamar putri mereka.
Dada Ayah Calvin bagai ditimpa batu bata. Buku-buku jari Bunda Manda memutih. Persis di depan mata mereka, Silvi tengah membentur-benturkan kepala ke pintu lemari. Semakin keras benturannya. Paras cantiknya menyisakan kesedihan.
"Ayah tinggal-tinggal aku! Ayah tinggal-tinggal aku!"