Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ayah Menyayangiku Selamanya

14 April 2020   06:00 Diperbarui: 14 April 2020   06:28 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Segalanya telah berubah. Kepercayaan Bunda Manda pada pria yang terpaut 15 tahun dengannya telah pupus. Seorang pria yang menyia-nyiakan istri dan putrinya selama tujuh tahun, alamat kiamat cinta bagi pria itu.

Membuka butik dan biro psikologi? Dia pikir, berbisnis dua hal itu tidak murah? Mau bayar sewa gedung dan karyawan dari mana? Usaha katering, itulah yang mampu dilakukan Bunda Manda. Katering pulalah yang membuat hidupnya dan Silvi tersambung kembali walau tak stabil.

"Who do you think who you are, Calvin Wan?" desis Bunda Manda marah.

"Seenaknya saja menyuruh-nyuruhku berhenti bisnis katering. Sombong sekali dirimu. Kaupikir kekayaanmu bisa membeli lagi cintaku? Berkaca dulu sebelum bicara. Kemana saja kau selama tujuh tahun?"

Tetes-tetes air mata berjatuhan dari mata Ayah Calvin. Cengeng, pikir Bunda Manda geli. Digertak begitu saja menangis.

"Manda, aku tak tahan lagi."

Gumaman itu terdengar lirih, lirih sekali. Air mata belum berhenti menjatuhi mata sipitnya. Apa-apaan suaminya ini?

"Aku tak tahan lagi. Mataku perih sekali. Bawang putih jelek. Dia memedihkan mataku."

Hampir saja Bunda Manda terjungkal dari kursi yang didudukinya. Malu, malu, malu! Dia pikir Ayah Calvin menangis gegara penolakan pedasnya. Ternyata karena...

"Gantian, Manda. Biar aku yang memanggang daging."

Mereka bertukar tempat. Dengan wajah merona, Bunda Manda melanjutkan sisa pekerjaan Ayah Calvin. Merutuki hatinya yang sok tahu menduga-duga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun