Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ayah Menyayangiku Selamanya

14 April 2020   06:00 Diperbarui: 14 April 2020   06:28 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berduaan dalam kesunyian bersama Ayah Calvin menjadi awkward moment buat Bunda Manda. Menyetel musik mungkin bukan ide buruk. Baru saja tangannya meraba smartphone di saku baju tidurnya, Ayah Calvin lebih dulu mengeluarkan iPod. Memutarkan sebuah lagu.

Lihat awan di sana
Berarak mengikutiku
Pasti dia pun tahu
Ingin aku lewati
Lembah hidup yang tak indah
Namun harus kujalani

Berdua denganmu
Pasti lebih baik
Aku yakin itu
Bila sendiri
Hati bagai langit
Berselimut kabut

Lihat awan di sana
Berarak mengikutiku
Pasti dia pun tahu
Ingin aku lewati
Lembah hidup yang tak indah
Namun harus kujalani

Berdua denganmu
Pasti lebih baik
Aku yakin itu
Bila sendiri
Hati bagai langit
Berselimut kabut

Lihatlah awan di sana
Berarak mengikutiku
Pasti dia pun tahu
Ingin aku lewati
Lembah hidup yang tak indah
Namun harus kujalani

Berdua denganmu
Pasti lebih baik
Aku yakin itu
Bila sendiri
Hati bagai langit
Berselimut kabut

Berdua denganmu
Pasti lebih baik
Aku yakin itu
Bila sendiri
Hati bagai langit
Berselimut kabut
(Acha Septriasa-Berdua Lebih Baik).

Wajah Bunda Manda merah padam. Pertama, Ayah Calvin selalu tahu isi kepalanya. Kedua, lagu itu representatif dengan keadaan mereka sekarang ini. Ketiga, Ayah Calvin meliriknya sejak tadi.

"Kuharap pesonaku belum memudar. Kau takkan berpaling pada jewelry sibling, kan?" bisiknya, tersenyum maut pada sang istri.

Waktunya memblender bumbu untuk masakan berikutnya. Bunda Manda sedikit terselamatkan dengan bisingnya raungan blender. Meski begitu, samar dapat dia dengar Ayah Calvin bersuara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun