Bunda Manda meneguk saliva. Tak biasanya ia mati kutu saat menjawab pertanyaan anak kecil. Lulusan Magister Psikologi tentu punya wawasan cukup luas untuk memuaskan rasa ingin tahu anak-anak. Akan tetapi, kali ini pertanyaan anaknya bukanlah tentang ilmu pengetahuan. Melainkan tentang...
"Ayah meninggal karena sakit." Jawabnya berat.
"Sakit apa?"
"Ada masalah dengan pernafasannya."
Walau tak gatal, toh Silvi garuk-garuk kepala juga. Ayahnya sakit apa ya? Masalah pernafasan itu seperti apa? Apakah seperti Opa Hilarius yang terkadang keluar-masuk rumah sakit sehabis mengeluarkan banyak darah dari hidungnya?
"Ayah itu seperti apa, Bunda?" Belum puas Silvi meledakkan sumbu keingintahuan di kepala.
"Ayahmu berhati lembut. Badannya tinggi, matanya sipit, rambutnya agak ikal. Wajahnya setampan Dion Wiyoko."
Wow, pastilah Ayahnya sosok yang istimewa. Ingin sekali Silvi melihat foto sang ayah. Belum sempat permintaan itu terlontar, Bunda Manda keburu pergi. Nyaris saja ia menabrak gunungan kotak katering dalam ketergesaan.
Aneh. Kenapa Bundanya cepat sekali pergi? Selera makan Silvi lenyap. Dia berjingkat-jingkat mengekori Bunda Manda dari belakang. Dilihatnya Bunda Manda berjalan menuju kamar.
"Calvin..."
Sayup telinga Silvi menangkap suara isakan. Terdengar Bundanya menyebut sepotong nama. Calvin? Itukah nama Ayah?