Tubuhku merosot di balik pintu. Wajahku terbenam di lutut. Papa jahat. Apa salahnya kalau aku ingin tidur bersamanya? Selalu saja Papa beralasan sedang sibuk. Kapankah Papa punya waktu luang sebanyak Ayah?
Sepasang tangan hangat menggendongku lembut. Dari balik kabut air mata, aku mengenali kilatan jas hitam Ayah. Ayah membawaku ke kamarnya.
Aku ditidurkan Ayah di ranjang king sizenya, menghadap kanan sebelah tembok. Ia menyalakan AC dan menyelimutiku. Bukankah Ayah sedang sakit? Demi aku, Ayah menggunakan pendingin udara di kamarnya.
"Selamat tidur, Sayangku." Ayah berbisik lembut, mencium keningku.
** Â Â
Hari ini dadaku bergetar
terguncang memilu dan mengerang
ku yakin ku tak salah
karna hatiku tak pernah dan takkan berdusta
cinta cinta cinta
Pukul dua pagi, aku terbangun. Tanganku merasakan genggaman lembut tangan Ayah. Rupanya semalaman aku dan Ayah terlelap sambil berpegangan tangan.