Ayah Tak Berguna
Gadis kecil berparas cantik di atas sepeda biru itu tertawa kegirangan. Rambut panjangnya melambai dibelai angin sore. Sepeda baru yang dibelikan sang Papa persis warna matanya. Ia mengayuhnya, sementara pria orientalis bermata sipit lekat mengikuti dari belakang.
"Papa Adica, katanya mau pegangin sepeda Silvi." protes si gadis manja.
Adica tersenyum, "Nggak ah. Silvi, kan, bisa sendiri. Papa temenin aja ya."
Tak perlu bermain sepeda terlalu jauh. Sebab halaman rumah mereka seluas lapangan bola. Silvi dan Adica begitu asyik bermain hingga tak menyadari sesosok pria berparas pucat tengah menatap mereka dengan sedih dari puncak tangga. Pria yang juga berparas oriental itu, merapatkan jasnya.
"Dia lebih memilih Papanya dibandingkan Ayahnya. Aku tidak berguna..." lirih si pria, pilu.
Gurat kesakitan tercermin di wajah tampan Calvin. Ia mencengkeram dada. Sementara itu, darah segar mengalir dari hidungnya.
** Â Â
Mungkin ini memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa diintai