Suara bernada ceria milik Rossie membangunkan Adica dari kenangannya. Ia mengernyitkan dahi melihat sepiring besar kue berwarna kecoklatan yang tak jelas bentuknya. Roti goreng bukan, kroket juga bukan.
"What's that, Dear?"
"Ini namanya...risoles burger! Risoles burger ala Rossie!"
Risoles burger? Apa lagi itu? Adica mencomot sepotong risoles burger.
Sedetik. Tiga detik. Lima detik, Adica susah payah menelannya. Sausnya terlalu pedas, kulit luarnya pecah hingga topingnya melebar kemana-mana, potongan wortelnya terlalu kecil, dan potongan kentangnya terlalu besar. Adonan kulitnya terlalu berminyak.
"Enak kan, Sayang?" Rossie tersenyum cerah, salah mengartikan ekspresi wajah Adica.
"Enak...enak banget." Adica menyahuti, berusaha menikmati.
"Ok. Kalo gitu, sebagian aku kirimin ke rumah Calvin ya."
Mengirim ke rumah Calvin? Aman. Setidaknya, Rossie akan lebih dihargai.
"Aku ikut." kata Adica, bangkit berdiri dari sofa.
"Eits, kamu abisin dulu risoles burgernya." cegat Rossie.