"Sivia!"
Tangan Adica memijit pelipisnya. Sivia, istri tetangga terbaiknya. Calvin lemah lembut, Sivia sebaliknya.
"Nggak usah dipikirin. Yang penting masakan kamu enak." hibur Adica.
Rossie menggeleng kuat. Matanya basah.
"Cuma kamu yang bilang gitu! Cuma Calvin dan kamu yang selalu abisin masakan aku!"
Wajah Rossie terbenam di bantal sofa. Tak rela istrinya lebih memilih bantal ketimbang dirinya, cepat-cepat Adica menarik tubuh Rossie ke dalam pelukan. Rossie menangis keras-keras seperti anak kecil terkena knalpot. Ingusnya membasahi piyama Adica.
"Ingat apa kata Jose waktu aku kirimin puding? Dia bilang rasanya lebih horor dari film The Conjuring."
"Alah, Hemofilia Ice Prince kayak gitu nggak usah didengerin. Dia memang beda jauh sama istrinya. Heran, tuh orang dua bisa kawin."
Begitu kesalnya, tanpa sadar Adica membanding-bandingkan Jose dengan Alea. Mau tak mau Rossie tertawa melihat ekspresi suaminya.
"Iya ya...Alea cocoknya sama Calvin. Nggak cocok sama Jose." komentarnya.
Adica lega melihat Rossie bisa sedikit tertawa. Kembali dibujuknya sang istri untuk memasak lagi. Rossie berkeras tak mau. Lelah hatinya terus dikomentari negatif oleh para tetangga.