Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Malaikat, Lily, Cattleya] Andai Aku Nobita

29 Oktober 2019   06:00 Diperbarui: 29 Oktober 2019   07:11 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di jalan depan rumah, Arini bertanya-tanya. Harus kemana ia mengadu? Kemanakah dia bisa meluruhkan sedih hatinya? Jawaban atas pertanyaannya hadir. Sosok ayah kedua, malaikat tampan bermata sipit yang pertama kali ia cari saat sedih dan bahagia. Arini pun berlari ke rumah paling besar di kompleks.

"Arini...Arini Sayang, ada apa?"

Reaksi pertama Calvin adalah kaget. Bagaimana tidak, Arini datang padanya sambil menangis. Dalam sekejap, Arini rebah di pelukan pria berparas pucat itu.

"What happen, Sweetheart? Tell me..."

"Ayah sama Bunda berantem lagi."

Calvin terenyak. Dibelai-belainya rambut Arini penuh kasih. Ia takkan menanyai Arini apa penyebabnya. Didengarkannya curahan hati Arini tanpa menyela, tanpa bertanya, dan tanpa menghakimi.

"Daddy..." panggil Arini di sela tangisnya.

"Iya, Sayang?"

"Enak ya, jadi Nobita. Nobita punya Doraemon yang punya alat apa aja. Andai aku jadi Nobita, aku bakalan ambil pil penyembuh biar Ayah bisa jalan lagi dan buku buat baca bahasa hati Bunda."

Polos, polos sekali permintaan itu. Arini memiliki cara sendiri di kepalanya untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Begitukah problem solving ala anak kecil? Calvin, yang sangat memahami anak-anak, takkan menghakimi.

Calvin memeluk Arini. Diciumnya kening gadis kecil itu. Tanpa sepengetahuannya, Sivia lekat memperhatikan dari balik kaca partisi. Air bening membasahi mata biru wanita itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun