Tik-tok, tik-tok, sepatunya berdentam-dentam di lantaiku. Sivia bergegas pergi. Meninggalkan Calvin berdiri membeku dengan hati masygul.
Aku marah, marah sekali dengan Sivia. Enak saja wanita September itu menyia-nyiakan malaikat tampan bermata sipitnya. Calvin memang layak kok disebut malaikat. Sivia saja yang terlalu bebal untuk melihat sisi lain suaminya.
Oh, bolehkah aku menangis? Aku menangis karena terharu dan bangga. Aku bangga bisa membersamai hari-hari Calvin. Aku bangga bisa menjadi saksi bisu kebaikan hati dan perjuangan cintanya. Di ruanganku, Calvin mencurahkan kasih sayang lewat kelezatan masakan. Sungguh aku bangga padanya. Ingin kukatakan pada seisi dunia betapa bangganya diriku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H