Calvin memasak sarapan begitu banyak. Memangnya mau memberi makanan orang sekampung? Mungkin juga sih, Calvin kan senang berbagi makanan tiap minggu. Dua minggu lalu, diundangnya seratus anak panti asuhan untuk makan siang. Calvin sendiri yang memasakkan sandwich tuna, iga bakar, perkedel jagung, dan ayam gulung saus coklat untuk mereka.
Wow wow wow, menu sarapannya lengkap sekali. Ada sereal dengan campuran susu rendah lemak, havermut, bubur ayam lengkap dengan kerupuknya, smoothies pisang, roti panggang, scrambled egg, pancake, buah-buahan, dan greek yoghurt. Untuk siapa Calvin memasak sarapan sebanyak itu pagi-pagi begini?
Pertanyaanku terjawab. Dari arah koridor luar, kudengar derap langkah sepatu berhigh heels. Ah, rasanya tak asing. Itu pasti si Nyonya galak.
"Hai Princess," Calvin melemparkan senyum mautnya begitu Sivia memasuki tubuhku.
"Hmmm..." balas Sivia tanpa senyum.
"Kamu sarapan dulu ya. Aku siapin ini semua buat kamu." tawar Calvin seraya menunjuk aneka menu yang telah tertata rapi.
Mata biru Sivia membesar. Dia menggeleng tegas.
"Nggak bisa, aku buru-buru. Aku ambil ini aja." katanya pendek.
Dan...kalian tahu apa yang diambilnya? Dua butir apel! Ya, hanya itu. Tak sedikit pun disentuhnya masakan buatan Calvin. Keterlaluan!
"Are you sure? Kamu nggak mau sarapan yang lain?" tanya Calvin, raut wajahnya kecewa.
"Nggak usah. Aku jalan dulu ya."