Bunda Alea mengangguk kaku. Tangannya sedingin es. Benarkah ini? Seseorang yang tegap, sehat, dan ceria dipanggil Tuhan lebih cepat. Umur memang rahasia Tuhan, Bunda Alea membatin sedih. Suaminya yang sakit kekentalan darah, Thamrin Sonata yang lebih dulu pergi ke surga.
"Calvin harus tahu..." Bunda Alea bergumam sendiri.
Wanita cantik bergaun putih itu bergegas ke kamar utama. Jose menyusulnya. Didengarnya Bunda Alea terisak tertahan.
Mendengar istrinya masuk kamar sambil menangis, Ayah Calvin terbangun. Selembut mungkin dilepasnya pelukan Silvi agar anak itu tidak terbangun. Si pria Desember berganti merengkuh Bunda Alea.
"Kenapa, Alea? Kenapa kamu menangis, Sayang?"
"Teman kita semua...teman yang baik padamu, padaku, pada Jose...meninggal dunia."
Selang dua detik, ruang pemahaman terbuka. Ayah Calvin kaget dan tidak percaya. Kekagetan itu berganti rasa kehilangan.
"Aku harus ke sana. Aku harus ke rumah duka..." ujar Ayah Calvin.
"Ayah...jangan pergi. Ayah kan lagi sakit." cegah Jose.
Bocah tampan itu cukup peka. Sekali lihat saja, dia sadar jika sang ayah sakit. Bunda Alea menyentuh lengannya lembut.
"Ayahmu baik hati, Sayang. Dia akan tetap melayat." ucapnya.