Tanpa kata, Ayah Calvin membuka kotak aksesoris milik Silvi. Mencari-cari sebentar, lalu menarik keluar sebentuk ikat rambut berwarna biru. Biru, warna favorit Silvi. Sejurus kemudian, Ayah Calvin menguncirkan rambut Silvi.
"Silvi sayang Ayah Calvin." bisik gadis kecil itu tulus, teramat tulus.
"Ayah sayang Silvi." balas Ayah Calvin lembut.
Tiga menit kemudian, rambut Silvi terkuncir rapi. Ponny tail menjuntai indah di kepalanya. Silvi tersenyum puas.
Hujan mencium langit tanpa permisi. Lantai balkon membasah terkena tetesnya. Buru-buru Ayah Calvin membawa Silvi menjauh dari balkon. Dituntunnya anak perempuan itu ke kamar utama.
Pendingin udara dimatikan. Hujan kian deras, kian deras, kian deras. Langit sore bertambah kelam, seolah malam memutuskan untuk datang lebih cepat. Silvi duduk sedekat mungkin dengan Ayah Calvin. Ia kedinginan dan ketakutan.
"Silvi nggak suka hujan. Tetes hujan tuh kayak air mata..." lirihnya.
Ayah Calvin memeluk Silvi. Ia bernyanyi lembut untuk menenangkan gadis itu.
You are a miracle
You are a blessing from above
You brought joy to my soul