"Aku..."
Kata-katanya terpotong. Calvin terbatuk. Manik mata Alea menangkap sebercak darah lagi. Lengan Alea terentang, hendak memeluk mantan member marching band yang kini menjadi pebisnis merangkap penulis itu. Detik berikutnya, Calvin jatuh pingsan di pelukan Alea.
** Â Â
"Calvin!"
Alea terbangun seketika. Thanks God, it's only a dream, pikirnya lega. Tapi, benarkah ini hanya mimpi buruk? Mimpi dapat terlahir dari kekuatan pikiran.
Pikiran wanita cantik itu tak hentinya terpusat pada satu nama: Calvin. Jelas bukan nama yang tertera di buku nikahnya. Pemilik asli justru lolos dari ingatan.
Gelisah, Alea melirik ke sisinya. Ranjang besar itu kosong. Jose, kemanakah secret admirer yang telah menghalalkannya? Oh tidak, ceroboh sekali dia. Baru beberapa jam lalu Jose memainkan lagu secara instrumental sebagai peringatan.
"Sekali saja kau masih memikirkannya, kau takkan pernah melihatku dalam keadaan utuh, Alea." Begitu kata Jose sebelum mereka tidur.
Tengkuk Alea merinding mengingat lagu yang dimainkan Jose.
Seringkali kau lupakanku
Saat bersama teman-temanmu